JAKARTA. Tahun lalu, produksi tandan buah segar (TBS) inti PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) turun 12,5% menjadi 1,2 juta akibat adanya El Nino. Dengan meredanya El Nino, diperkirakan produksi TBS inti LSIP akan naik maksimal 10% tahun ini.Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo memperkirakan, produksi TBS tahun ini akan naik hingga 1,3 juta. Untuk mempertahankan pertumbuhan organik, LSIP berencana menanam kelapa sawit di lahan baru.LSIP berencana menanam kelapa sawit baru di lahan seluas 1.000 hektare (ha). "Ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan organik perusahaan," ungkap Andy dalam riset, Selasa (14/3).
Analis NH Korindo Securities Joni Wintarja mengatakan, rencana LSIP menanami lahan kelapa sawit baru sebesar 1.000 hektare merupakan program
replanting, yaitu program tahunan untuk mengganti tanaman yang sudah tua dengan tanaman muda. Analis Kresna Securities Fransisca Putri mengatakan, setelah efek El Nino mereda, produksi TBS inti LSIP berpeluang mencapai 8%, dari cuma 5% di tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari membaiknya tingkat produksi di kuartal empat lalu. Tiga bulan terakhir tahun lalu, LSIP memproduksi 407.000 ton TBS, naik 24,8% dari kuartal tiga. "Kami mempertahankan asumsi CPO
oil extraction rendement (OER) di 22,9% sehingga pertumbuhan produksi CPO mencapai 10,1%," papar Fransisca. Ia juga menaikkan proyeksi harga rata-rata CPO dari MYR 2.600 jadi MYR 2.800-MYR 2.900 Joni menuturkan, dampak El Nino pada 2016 sangat kuat mempengaruhi produksi CPO. Produksi CPO LSIP anjlok 21,7% dan mengakibatkan lonjakan harga jual rata-rata CPO menjadi 12,4%. "Ini terjadi pada semua perusahaan CPO," ungkap dia. Di Indonesia, sekitar 70% produk CPO digunakan oleh industri makanan. Jadi permintaan CPO tergantung pada tingkat konsumsi dan jumlah penduduk. Meskipun produksi CPO tumbang, jika jumlah penduduk meningkat, tentu permintaan CPO juga naik. Sementara Joni memperkirakan, meredanya El Nino akan berpeluang mengerek produksi CPO LSIP sampai 10% sepanjang tahun 2017. Permintaan CPO yang kuat di pasar domestik akan menstabilkan harga rata-rata di kisaran Rp 7.500-Rp 8.000 per kg. "Di 2017 diperkirakan iklim akan kondusif, sehingga pendapatan perusahaan meningkat 7,1%," ungkap Joni.
Sepanjang 2016 penjualan LSIP mencapai Rp 3,8 triliun, turun 8% dibandingkan penjualan tahun sebelumnya Rp 4,1 triliun. Sejalan dengan penurunan penjualan, laba bersih LSIP pun melorot 4,8% menjadi Rp 593,8 miliar dari sebelumnya Rp 623,3 miliar. Andy memperkirakan, untuk tahun ini dan tahun depan laba bersih LSIP masing-masing bisa mencapai Rp 577,5 miliar dan Rp 837,2 miliar. "Walaupun secara nominal perkiraan laba bersih menurun dibanding tahun 2016, tapi kontraksi pun menurun," imbuh Andy. Joni merekomendasikan,
buy saham LSIP dengan target harga Rp 2.000 per saham. Fransisca juga merekomendasikan
buy dengan target harga Rp 1.810 per saham. Andy pun masih merekomendasikan
buy saham LSIP dengan target harga Rp 1.950 per saham. Kemarin, harga saham LSIP menguat 1,02% ke level Rp 1.480 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto