KONTAN.CO.ID - CEO Tesla Inc, Elon Musk, kembali melontarkan prediksi radikal mengenai masa depan ekonomi global. Pria yang juga memimpin SpaceX ini memproyeksikan bahwa dunia sedang berada di ambang era pasca-kelangkaan (post-scarcity), sebuah fase di mana kemiskinan dan kelaparan dapat dihapuskan seiring dengan perubahan drastis pada fungsi tenaga kerja manusia. Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Musk menekankan bahwa integrasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang terapan akan menjadi motor utama penggerak ekonomi.
Transformasi Menuju "Intelligence Age"
Visi Musk ini pada dasarnya memprediksi berakhirnya era industri konvensional dan dimulainya era kecerdasan (intelligence age) yang didefinisikan oleh kelimpahan sumber daya. Dalam teori ekonomi standar, pertumbuhan biasanya dibatasi oleh faktor tenaga kerja dan modal. Namun, Musk berargumen bahwa keberadaan Artificial General Intelligence (AGI) dan robotika otonom, seperti proyek Optimus milik Tesla, akan mengubah peta produktivitas secara total. Jika AI dapat diskalakan layaknya perangkat lunak dan diimplementasikan ke dalam perangkat keras, biaya tenaga kerja diprediksi akan merosot tajam hingga mendekati biaya listrik. Berdasarkan laporan yang dilansir Yahoo Finance, terdapat dua fase krusial dalam lini masa yang diprediksi oleh Musk:- Jangka Pendek (12-18 Bulan): Pertumbuhan dua digit (di atas 10%). Angka ini tergolong sangat masif bagi negara maju seperti Amerika Serikat yang rata-rata pertumbuhan ekonominya hanya berada di kisaran 2% hingga 3%.
- Jangka Panjang (Sekitar 5 Tahun): Pertumbuhan tiga digit (100% lebih). Hal ini menyiratkan penggandaan ukuran ekonomi setiap tahun, sebuah kondisi yang secara matematis akan mengubah tatanan dunia secara transformatif.
Kendala Infrastruktur dan Realitas Fisik
Meski visi tersebut menawarkan optimisme tinggi, banyak pihak yang meragukan lini masa yang diajukan oleh Musk. Sejumlah kritikus berpendapat bahwa prediksi tersebut mengabaikan hambatan fisik dan regulasi di dunia nyata. Pertumbuhan ekonomi yang nyata membutuhkan infrastruktur energi, ketersediaan bahan baku, dan rantai pasok global yang kompleks. Berbeda dengan kode perangkat lunak yang dapat diduplikasi secara instan, pembangunan fisik memiliki batasan. Berikut adalah beberapa poin utama yang menjadi tantangan dalam mewujudkan ekonomi kelimpahan tersebut:- Keterbatasan Sumber Daya Alam: Meskipun kecerdasan mungkin bersifat tidak terbatas, ketersediaan material seperti litium untuk baterai dan tembaga untuk jaringan listrik tetap terbatas.
- Kecepatan Adopsi Teknologi: Penemuan besar sebelumnya yang mengubah peradaban, seperti mesin uap atau listrik, membutuhkan waktu puluhan tahun sebelum benar-benar memberikan dampak signifikan pada PDB nasional.
- Infrastruktur Energi: Skalabilitas AI dan robotika membutuhkan pasokan energi yang luar biasa besar, yang pemenuhannya tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.