Elon Musk Bekerja di AS Secara Ilegal Tahun 1995 Setelah Berhenti Sekolah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, sosok yang telah dikenal luas sebagai pendiri beberapa perusahaan terkemuka, kini juga menjadi sorotan terkait status imigrasinya selama awal karir kewirausahaannya di Amerika Serikat.

Siapa sangka, awal karir Musk berawal dari seorang imigran asal Afrika Selatan yang bekerja tanpa izin di AS hingga menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Latar Belakang dan Karir Awal Musk

Elon Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan, pada tahun 1971. Ia meninggalkan program studi pascasarjana di Stanford untuk memulai karir kewirausahaannya.


Pada tahun 1995, Musk tiba di Palo Alto dengan harapan untuk mengejar pendidikan tinggi, tetapi justru memilih untuk memulai Zip2, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perangkat lunak dan informasi.

Musk memulai perusahaannya tanpa memiliki izin kerja yang sah. Menurut para ahli hukum, mahasiswa asing tidak diperbolehkan untuk keluar dari program studi mereka untuk membangun perusahaan.

Baca Juga: Saham Media Milik Donald Trump Lewati Valuasi X Kepunyaan Elon Musk, Capai US$10,6 M

Dengan tidak mendaftar di Stanford, Musk kehilangan dasar hukum untuk tinggal di Amerika Serikat. Hal ini menimbulkan risiko hukum yang signifikan, mengingat setiap aktivitas yang dapat menghasilkan pendapatan dianggap sebagai pelanggaran.

Pentingnya Status Hukum dalam Kewirausahaan

Pelanggaran terhadap status hukum ini memiliki konsekuensi serius. Saat Zip2 menerima investasi sebesar US$3 juta dari Mohr Davidow Ventures, mereka diharuskan untuk mendapatkan status kerja yang sah dalam waktu 45 hari.

Jika tidak, investor berhak untuk menarik kembali investasi mereka. Kekhawatiran akan masalah imigrasi ini menciptakan tekanan tambahan bagi Musk dan perusahaan yang baru berdiri.

Pengakuan dan Penerimaan Musk

Musk sendiri tidak pernah secara terbuka mengakui bahwa ia bekerja tanpa izin. Dalam beberapa kesempatan, ia menyebutkan bahwa ia berada dalam "area abu-abu" dalam hal status hukum kerjanya. Namun, dalam email tahun 2005, ia mengakui bahwa ia tidak memiliki otorisasi untuk tinggal di AS saat mendirikan Zip2.

Menarik untuk dicatat bahwa meskipun Musk pernah mengalami masalah hukum terkait status imigrasinya, ia belakangan ini telah menyoroti isu-isu kebijakan imigrasi di AS, termasuk kritik terhadap imigran ilegal dan pengaturan perbatasan.

Ia telah menjadi pendukung kuat retorika anti-imigran, sering kali berbicara tentang masalah yang dihadapi oleh imigran di negara tersebut.

Baca Juga: Terungkap! Pesan Mengejutkan Zuckerberg kepada Temannya Setelah Meluncurkan Facebook

Evolusi Karir dan Kesuksesan Musk

Setelah berhasil menjual Zip2 senilai sekitar US$300 juta pada tahun 1999, Musk melanjutkan karirnya dengan mendirikan Tesla dan SpaceX.

Keberhasilan ini menjadikannya sebagai salah satu imigran paling sukses di Amerika, meskipun status hukumnya selama awal karirnya masih menjadi perdebatan.

Perjalanan Musk tidak hanya mencerminkan keberanian dalam menghadapi tantangan, tetapi juga bagaimana ia berhasil menarik perhatian investor meskipun status hukumnya yang kontroversial.

Keberhasilan dalam Zip2 membuka jalan untuk proyek-proyek besar berikutnya, termasuk Tesla, yang kini dikenal sebagai pemimpin dalam industri mobil listrik.

Selanjutnya: Summarecon Agung (SMRA) Catat Marketing Sales Rp 2,7 Triliun per Kuartal III-2024

Menarik Dibaca: Leher Belakang Sakit, Gejala Kolesterol Tinggi? Ini Jawabannya!

Editor: Handoyo .