KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, setelah mengakuisisi Twitter dan mengubah namanya menjadi X, secara tegas mengemukakan pandangannya sebagai seorang "absolutis kebebasan berekspresi." Sementara itu, di sisi lain dunia, Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, menghadapi tantangan yang berbeda namun memiliki akar yang serupa: mempertahankan kebebasan pengguna dari sensor pemerintah.
Elon Musk dan Kebebasan Berekspresi di Platform X
Elon Musk dikenal sebagai sosok yang kontroversial dalam dunia teknologi dan media sosial. Setelah mengakuisisi Twitter dan mengubahnya menjadi X, Musk mengambil langkah-langkah yang drastis dalam mengurangi moderasi konten di platform tersebut.
Sebagai "absolutis kebebasan berekspresi," Musk berpendapat bahwa moderasi sering kali digunakan sebagai alat sensor. Ia dengan cepat mengurangi pengawasan konten, yang mengakibatkan beragam jenis konten, termasuk yang bersifat kontroversial dan menyesatkan, dapat berkembang pesat di platform tersebut. Menurut Musk, istilah "moderasi" sering kali digunakan sebagai "kata propaganda untuk sensor." Pendekatan ini memicu perdebatan luas tentang batasan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial, khususnya di era di mana informasi yang salah dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial.
Baca Juga: Rocket Lab Siap Lawan Dominasi Industri Luar Angkasa SpaceX Milik Elon Musk Penangkapan Pavel Durov: Dampak Terhadap Telegram dan Kebebasan Berekspresi
Di sisi lain, Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap oleh polisi Prancis di dekat Paris pada hari Sabtu. Penangkapan ini didasarkan pada dugaan keterlibatan dalam berbagai tindak kriminal, termasuk penipuan, perdagangan narkoba, dan kejahatan terorganisir yang diduga terjadi di platform Telegram. Beberapa negara Eropa telah mengkritik Telegram karena dianggap gagal dalam memoderasi konten kriminal di platformnya. Penangkapan Durov menjadi sorotan, terutama bagi mereka yang mendukung kebebasan berekspresi di internet. Durov, yang melarikan diri dari Rusia untuk menghindari permintaan pemerintah agar menyerahkan data pengguna dari platform media sosial yang ia dirikan, Vkontakte, telah lama mempertahankan kebebasan pengguna Telegram dari intervensi pemerintah.
Hubungan Musk dan Durov: Kebebasan Berekspresi di Era Digital
Baik Musk maupun Durov memiliki pandangan yang serupa tentang kebebasan berekspresi di era digital, meskipun dengan pendekatan yang berbeda. Keduanya menentang upaya pemerintah untuk mengendalikan konten di platform mereka. Durov telah berulang kali menolak untuk membatasi konten yang berkaitan dengan konflik di Ukraina dan Gaza, atau komunikasi antara kelompok-kelompok yang dianggap sebagai teroris oleh beberapa pemerintah Barat. Dalam wawancara dengan CNN pada Februari 2016, Durov menyatakan, "Kami tidak dapat membuat teknologi pesan yang aman untuk semua orang kecuali teroris. Ini adalah masalah keamanan atau tidak ada keamanan sama sekali." Pesan ini sangat sejalan dengan pandangan Musk, yang juga menentang sensor terhadap kebebasan berekspresi.
Baca Juga: Prancis Perpanjang Masa Penahanan CEO Telegram Pavel Durov, Cek Tanggapan Telegram Reaksi Elon Musk Terhadap Penangkapan Durov
Setelah penangkapan Durov, Elon Musk bereaksi dengan keras. Melalui serangkaian posting di X, Musk mengkritik tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi. Ia menulis, "Liberté Liberté! Liberté?" dan dalam posting lainnya, ia menyebut ini sebagai "masa-masa berbahaya." Musk juga menggunakan hashtag #FreePavel ketika membagikan video Durov yang memuji Musk dan pandangannya tentang kebebasan berekspresi dalam sebuah wawancara dengan Tucker Carlson awal tahun ini. Musk juga mengajak para pengguna X untuk mendukung kebebasan berekspresi dengan cara meneruskan posting di X kepada orang-orang yang mereka kenal, terutama di negara-negara yang ketat dalam hal sensor. Selain itu, Musk juga membagikan tweet dari Chris Pavlovski, CEO Rumble, sebuah platform yang menjadi saingan YouTube di kalangan sayap kanan. Pavlovski dalam postingannya menyebut bahwa Prancis telah "melewati batas" dengan menangkap Durov.
Editor: Handoyo .