Elon Musk Bertarung Melawan Miliarder India untuk Rebutkan Spektrum Internet Satelit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, CEO SpaceX dan pemilik layanan satelit broadband Starlink, tampaknya telah memenangkan pertarungan penting melawan dua konglomerat telekomunikasi besar India, Mukesh Ambani dan Sunil Bharti Mittal, mengenai cara pemberian spektrum satelit di India.

Persaingan ini mengemuka seiring upaya mereka untuk memperkenalkan layanan internet berbasis satelit di negara dengan populasi terbesar di dunia tersebut.

Latar Belakang Pertarungan Spektrum Satelit

Mukesh Ambani, orang terkaya di Asia dan ketua Reliance Industries yang bergerak di sektor minyak hingga jasa digital, bersama dengan Sunil Bharti Mittal dari Bharti Airtel, mendorong pemerintah India untuk melelang spektrum satelit, sebagaimana yang dilakukan di pasar telekomunikasi seluler yang sudah mereka kuasai.


Baca Juga: Elon Musk dan Langkah Mengejutkan Tesla, Nasib Bitcoin US$765 Juta Masih Jadi Misteri

Proses lelang ini dipandang sebagai metode yang adil dan kompetitif. Sebaliknya, Musk menentang ide lelang spektrum ini, dengan alasan bahwa spektrum tersebut sudah ditetapkan sebagai spektrum bersama untuk satelit oleh International Telecommunication Union (ITU), di mana India adalah salah satu anggotanya.

Musk bahkan menyuarakan pendapatnya melalui situs media sosial miliknya, X, dengan menyebut bahwa langkah India untuk melelang spektrum satelit akan menjadi hal yang "belum pernah terjadi sebelumnya". Pernyataan ini langsung mendapat perhatian luas dan memicu perdebatan lebih lanjut antara pemain utama industri telekomunikasi di India.

Pidato Sunil Bharti Mittal dan Respons Pemerintah India

Tidak lama setelah pernyataan Musk, Sunil Bharti Mittal mengungkapkan dukungannya terhadap proses lelang spektrum dalam sebuah konferensi di New Delhi, di hadapan Perdana Menteri Narendra Modi.

Mittal menekankan bahwa perusahaan satelit yang melayani daerah perkotaan harus membayar lisensi telekomunikasi seperti perusahaan lainnya. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa alokasi spektrum tanpa lelang akan merugikan pemain domestik besar yang telah berinvestasi miliaran dolar dalam infrastruktur telekomunikasi terestrial.

Baca Juga: Kekayaan Elon Musk Turun US$15 Miliar Setelah Peluncuran Robotaxi Tesla, Kenapa?

Reliance, perusahaan yang dipimpin oleh Ambani, juga telah mengirim surat kepada regulator telekomunikasi dan pemerintah India, menuduh bahwa keputusan untuk melakukan alokasi spektrum telah dibuat sebelum adanya konsultasi yang memadai.

Hal ini mengisyaratkan ketegangan yang semakin meningkat antara pemerintah dan para pelaku industri telekomunikasi besar India.

Namun, pada hari Selasa, Menteri Komunikasi India, Jyotiraditya Scindia, mengumumkan bahwa tidak ada rencana untuk melelang spektrum satelit. Musk pun merespons dengan antusias melalui X, mengatakan, "Sangat dihargai! Kami akan melakukan yang terbaik untuk melayani masyarakat India dengan Starlink."

Kepentingan Ekonomi di Balik Layanan Internet Satelit

India merupakan pasar yang sangat potensial untuk layanan internet satelit, dengan estimasi nilai pendapatan tahunan sebesar $1 miliar. EY-Parthenon, konsultan bisnis ternama, memperkirakan bahwa ruang broadband satelit di India akan tumbuh pesat seiring meningkatnya kebutuhan akan konektivitas di wilayah-wilayah terpencil.

Mittal dan Ambani, yang mendominasi pasar telekomunikasi domestik, berada di posisi terdepan untuk meluncurkan layanan internet satelit melalui Bharti Airtel dan Eutelsat OneWeb.

Mereka memiliki infrastruktur dan kapasitas keuangan yang kuat untuk mengamankan spektrum tambahan melalui lelang, serta mencegah masuknya pemain-pemain baru yang lebih kecil dan kurang berpengalaman.

Baca Juga: Deretan Miliarder Menjadi Backing Donald Trump dan Kamala Harris, Siapa Saja?

Reliance, dalam upayanya untuk mengamankan posisi di sektor ini, juga menyatakan kekhawatirannya bahwa tanpa proses lelang, teknologi baru ini bisa memicu masuknya perusahaan-perusahaan yang tidak diinginkan ke dalam industri.

Pemberian spektrum secara langsung (alokasi) akan memberi keunggulan pada perusahaan seperti Starlink, yang sudah memiliki lebih dari 6.000 satelit di orbit rendah bumi dan siap mengoperasikan layanan di India.

Editor: Handoyo .