ELSA menanti proyek baru di kuartal IV



KONTAN.CO.ID - PT Elnusa Tbk sedang harap-harap cemas menanti hasil atas dua proyek seismik yang sedang dijajaki. Kalau kedua proyek itu tembus, besar kemungkinan target kontrak baru US$ 500 juta tahun ini bakal terpenuhi.

Elnusa belum bisa membeberkan mendetail dua kontrak baru yang dinanti. "Ini belum bisa kami disclose tetapi mudah-mudahan kuartal IV sudah dapat," tutur Budhi Nugraha Pangaribuan, Direktur Pengembangan Usaha PT Elnusa Tbk kepada KONTAN, Rabu (16/8).

Sejauh ini, Elnusa telah mengantongi kontrak baru senilai US$ 400 juta. Dus, perusahaan berkode saham ELSA di Bursa Efek Indonesia tersebut telah memenuhi 80% target kontrak baru.


Beberapa tender jasa penunjang hulu minyak dan gas (migas) yang Elnusa dapat berupa proyek seismik 2D dan 3D. Proyek 2D mereka misalnya ada di Sei Linsing, Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah.

Sebelumnya kapal seismik Elnusa yang bernama Elsa Regent juga telah mengerjakan proyek seismik 2D di Abar-Anggursi di Laut Jawa. Ada pula proyek seismik 2D lain untuk PSG Badan Geologi ESDM di Selaru, Maluku.

Sementara proyek 3D Elnusa misalnya di Klamasosa, Papua Barat. Perusahaan itu juga tengah mengerjakan proyek seismik 3D di Andaman, Provinsi Aceh. 

Asal tahu, Elnusa mengandalkan kapal seismik Elnusa Regent dan delapan kapal penunjang lain untuk menjalankan aktivitas eksplorasi di laut. Kapal tertua mereka bikinan tahun 2006 atau berusia 11 tahun. 

Manajemen Elnusa mengklaim, seluruh kapal sudah beroperasi menurut azas cabotage. Informasi saja, azas cabotage adalah kegiatan angkutan laut dalam negeri yang dilakukan perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

Meskipun target pencapaian kontrak baru seakan mulus tanpa hambatan, Elnusa tak mengelak industri migas masih penuh tantangan. Mereka mengaku, sejumlah  klien bisnis menunda proyek.

Kinerja Elnusa pada semester I 2017 juga tak atraktif. Pendapatan mereka sebesar Rp 1,99 triliun, masih terhitung naik 16,37% dibandingkan semester I 2016. Namun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih menusut 90,03% menjadi Rp 14,44 miliar

Manajemen Elnusa menjelaskan, penyebab laba bersih melorot karena proyek Andaman menyedot anggaran jumbo sepanjang semester I. Hanya saja mereka yakin, laba semester II bakal meningkat seiring dengan selesainya pengerjaan proyek.

Maka dari itu Elnusa terus mengikuti perkembangan bisnis seismik laut. "Terlibat di setiap tender seismik laut yang ada dan sekaligus memberikan masukan dan solusi untuk permasalahan seismik laut," ujar Budhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati