KONTAN.CO.ID - Di dunia mata uang kripto, hanya sedikit momen yang sama bersejarahnya dengan pertukaran email pertama antara Satoshi Nakamoto dan Adam Back. 

Melansir U Today, 16 tahun yang lalu tepatnya pada 20 Agustus 2008, Satoshi Nakamoto menghubungi Adam Back, penemu Hashcash, untuk membahas ide revolusioner yang pada akhirnya akan melahirkan Bitcoin. 

Menurut sejarawan Bitcoin Pete Rizzo, email ini adalah komunikasi pertama yang tercatat antara Satoshi Nakamoto dan Adam Back mengenai Bitcoin. 

Seluruh rangkaian email, yang mencakup lima email antara penemu Hashcash Adam Back dan pencipta Bitcoin Satoshi Nakamoto, dipublikasikan setelah diajukan ke dokumen pengadilan resmi di Inggris Raya pada bulan Februari tahun ini. 

Satoshi Nakamoto pertama kali mengirim email kepada Adam Back pada 16 tahun yang lalu tentang Bitcoin, empat bulan sebelum peluncuran resminya. 

Baca Juga: FBI Buka Suara Soal Pencipta Bitcoin Satoshi Nakamoto, Penasaran?

Sehari setelahnya, pada 21 Agustus 2008, Adam membalas, menyarankan agar Satoshi menyelidiki sebuah makalah yang disebut "B-money" oleh Wei Dei. 

Dei adalah seorang kriptografer terkenal yang bekerja pada uang digital dan merupakan kandidat yang sering dikutip untuk Satoshi. 

Satoshi dan Back kemudian bertukar korespondensi dalam email ketiga dan keempat. Dalam email ketiga, Satoshi berterima kasih kepada Adam dan mereka membahas ide B-money. 

Dalam email keempat, Adam meminta maaf karena tidak membaca whitepaper Bitcoin dan kemudian mengarahkan Satoshi ke whitepaper lain yang disebut "Micromint." 

Baca Juga: Bitcoin Halving Done, Raja Kripto Masih Mencari Arah

Email terakhir dikirim pada 1 Oktober 2009, di mana Satoshi mengucapkan terima kasih lagi kepada Back dan memberitahunya tentang rilis perangkat lunak resmi Bitcoin. 

Menurut pernyataan publik Adam, dia tidak akan melihat Bitcoin lagi hingga akhir 2012. 

Selanjutnya: BI Prediksi The Fed Turunkan Suku Bunga Acuan Sebanyak 2 Kali di 2024

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Turun Rp 5.000 Hari Ini 22 Agustus

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie