Emas Antam terjaga depresiasi rupiah



JAKARTA. Terkikisnya nilai tukar rupiah menjadi faktor utama yang menjaga harga emas batangan berada di level tinggi. Meski kini perekonomian global kian lesu, namun emas PT Antam Tbk merupakan sedikit dari komoditas yang mempertahankan posisinya di pasar.

Mengutip www.logammulia.com, Jumat (7/8) harga emas batangan per gram turun Rp 1.000 di level Rp 546.000 setelah sempat mengalami stagnansi harga di level Rp 547.000 dalam tiga minggu terakhir. Serupa, harga buyback juga tergelincir Rp 1.000 ke level Rp 467.000 dibanding hari sebelumnya.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dodi Martimbang, General Manager Logam Mulia Business Unit PT Antam Tbk, pelemahan rupiah merupakan faktor pertama yang akan langsung mengangkat harga emas batangan.


Memang hingga Jumat (7/8) posisi rupiah baik di spot dan kurs tengah Bank Indonesia bertengger di level Rp 13.541 terhadap USD atau merosot masing-masing sebesar 9,30% dan 8,85% dibanding akhir tahun 2014 silam.

“Kinerja rupiah memang suram akibat posisi USD yang perkasa di pasar global akibat spekulasi kenaikan The Fed rate,” jelas Dodi.

Sebabnya, sentimen pelemahan harga emas spot pada dasarnya akan menjadi pengikis harga emas batangan. Pergerakan harga emas batangan dan emas spot berjalan seiringan. Jika terjadi pelemahan harga emas spot seperti sekarang, maka teorinya emas batangan akan mengekor.

Mengacu Bloomberg, Jumat (7/8) pukul 16.15 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Commodity Exchange tercatat naik 0,14% menjadi US$ 1.091 per ons troi.

Depresiasi mata uang rupiah ini menetralisir pelemahan yang terjadi pada harga emas spot. Terbukti, sampai saat ini posisi emas batangan tercatat masih melambung 5,19% atau naik sebanyak Rp 27.000 dibanding penutupan akhir tahun 2014 lalu.

Begitu pun, adanya ongkos produksi emas batangan per gram yang cukup besar membuat harga saat ini terhitung rendah bagi Antam. “Pada dasarnya emas batangan itu per 1 kilogram (kg) jadi kalau dijual dengan ukuran lebih kecil ada biaya produksi pemotongan dan itu menjadi beban biaya Antam,” jelas Dodi.

Semakin kecil ukuran emas batangan yang diperdagangkan, maka semakin besar pula biaya pemotongannya. Sehingga dengan memasukkan perhitungan biaya produksi dan dua faktor sebelumnya, harga emas batangan terhitung rendah.

“Tekanan harga tidak hanya datang dari lemahnya emas spot, tapi juga minimnya permintaan di pasar,” ujar Dodi. Pelemahan ekonomi global yang juga berimbas pada perekonomian Indonesia memicu keringnya permintaan emas batangan di pasar.

Apalagi permintaan emas batangan dalam negeri masih lesu. Lihat saja perekonomian Indonesia per kuartal II 2015 yang tercatat 4,67%, lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya di 4,71%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto