KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor emas dan perak tengah menikmati kinerja cemerlang sepanjang tahun ini, sementara pasar kripto justru tertinggal dan mencatatkan tekanan berkelanjutan. Pada perdagangan Jumat, harga emas berjangka (GC=F) melonjak menembus US$4.550 per ons, bertahan di level tertinggi sepanjang masa. Sepanjang tahun ini, emas telah mencetak lebih dari 50 rekor harga baru, mencerminkan kuatnya minat investor terhadap aset lindung nilai. Sementara itu, harga perak (SI=F) juga melesat hingga di atas US$75 per ons, memperpanjang reli tahunan menjadi sekitar 150% secara year-to-date (YTD). Kenaikan tajam ini didorong oleh kekhawatiran terhadap kelangkaan fisik pasokan, di tengah permintaan industri yang tetap solid.
Tak hanya emas dan perak, platinum (PL=F) dan tembaga (HG=F) juga mencatatkan rekor harga baru sepanjang tahun ini.
Kinerja Logam Mulia Berbanding Terbalik dengan Kripto
Sejumlah investor menyoroti divergensi kinerja antara industri logam mulia dan aset kripto. Pasar kripto dipimpin oleh pelemahan Bitcoin (BTC-USD) yang tercatat turun sekitar 6% secara YTD. Sementara itu, Ethereum (ETH-USD) juga berada di jalur penurunan tahunan sekitar 12%. “Dengan emas kini naik hampir 70% sepanjang 2025, sementara sebagian besar kripto berada di zona negatif, sudah saatnya investor kripto beralih ke emas,” ujar Louis Navellier, pendiri Navellier & Associates, awal pekan ini. Navellier menilai keunggulan emas terletak pada pembelian agresif bank sentral, volatilitas yang lebih rendah, serta likuiditas pasar yang semakin baik dibandingkan dengan aset kripto. Pandangan serupa juga disampaikan oleh Peter Schiff, investor emas dan pengkritik kripto yang vokal. Melalui platform X, Schiff menyatakan: “Jika Bitcoin tidak naik saat saham teknologi menguat, dan juga tidak naik saat emas dan perak naik, lalu kapan ia akan naik? Jawabannya: tidak akan.”
Bitcoin Tertekan, Terancam Tutup Tahun di Zona Negatif
Lonjakan harga logam mulia terjadi di saat pasar kripto diperkirakan akan menutup tahun di wilayah negatif, dengan Bitcoin berupaya menghindari penurunan bulanan tiga bulan berturut-turut. Untuk pertama kalinya sejak 2014, Bitcoin tercatat bergerak menyimpang dari pasar saham, meskipun lingkungan regulasi dinilai semakin kondusif dan adopsi kripto di Wall Street terus meningkat. Bitcoin masih kesulitan bangkit setelah aksi jual oleh pemegang jangka panjang, ditambah likuidasi paksa yang menekan harga sekitar 30% dari rekor tertinggi di kisaran US$126.000 pada Oktober, menjadi sedikit di atas US$87.000 pada Jumat.
Prospek Rebound Bitcoin Masih Terbuka di Awal Tahun
Kepala aset digital Fundstrat, Sean Farrell, mengatakan dirinya tidak terkejut melihat Bitcoin bergerak dalam rentang sempit belakangan ini. “Reli Santa biasanya ditandai oleh investor yang menjual aset berkinerja buruk dan membeli aset yang menjadi pemenang menjelang akhir tahun,” ujar Farrell dalam video kepada klien. Menurutnya, banyak investor masih enggan mengambil risiko besar pada aset yang berkinerja lemah dalam beberapa bulan terakhir. Namun demikian, Farrell melihat peluang rebound pada Januari, seiring potensi masuknya dana dari investor jangka panjang. “Jika Desember ditutup merah, sejarah menunjukkan bahwa Januari cenderung hijau,” kata Farrell. Jika itu terjadi, maka akan menjadi kejadian langka, mengingat Bitcoin hanya 15 kali mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut dalam sejarah perdagangannya. Pandangan optimistis jangka pendek juga disampaikan oleh 10X Research, yang menilai peluang pemantulan harga cukup terbuka. “Ini bisa menjadi momen yang tepat untuk rebound yang lebih berkelanjutan, mengingat koreksi 30%, penurunan selama 2,5 bulan, serta indikator teknikal yang telah sepenuhnya ter-reset,” tulis firma riset tersebut.
Target Harga Bitcoin Direvisi Turun
Di sisi lain, sejumlah analis Wall Street mulai merevisi turun target harga Bitcoin. Standard Chartered baru-baru ini memangkas target harga Bitcoin akhir tahun menjadi US$100.000 dari sebelumnya US$200.000. Kepala aset digital Standard Chartered, Geoff Kendrick, juga memangkas target harga Bitcoin untuk 2026 menjadi US$150.000, turun dari proyeksi awal US$300.000.