Emas Dunia Ukir Rekor Tertinggi, Harga Emas Antam Melejit Rp 27.000



MOMSMONEY.ID - Harga emas dunia kembali mengukir level tertinggi sepanjang masa alias all time high pada Kamis (28/3) di pasar AS. Emas melampaui rekor yang ditorehkan pekan lalu di tengah spekulasi penurunan suku bunga Federal Reserves dan meningkatnya ketegangan geopolitik.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, harga emas dunia melonjak 1,7% menjadi US$ 2.231,83 per troi ons, sebelum ditutup lebih rendah di level US$ 2.229,87 per troi ons. Meski lebih landai, namun ini tetap menjadi level penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Hari ini, pasar global tutup untuk perayaan Hari Jumat Agung.

Belakangan, ekspektasi penurunan bunga Fed positif bagi emas. Meski begitu, kenaikan tajam selama sebulan terakhir telah ditandai dengan pergerakan yang sering kali terlalu besar dan tidak memiliki pemicu berita yang jelas untuk membenarkan kenaikan tersebut. Ini disinyalir terjadi karena investor banyak berinvestasi pada emas batangan.


Di sisi lain, ketegangan yang berkepanjangan di Timur Tengah dan Ukraina telah memperkuat peran logam mulia sebagai aset safe haven. Sementara pembelian oleh bank sentral juga mendukung harga logam mulia ke level tertinggi dalam sejarah selama setahun terakhir, meskipun suku bunga meningkat.

Pekan ini, harga emas juga mendapat dukungan dari penurunan imbal hasil obligasi AS, didorong oleh hasil yang kuat pada dua lelang obligasi.

Mengekor rekor harga emas dunia, harga emas fisik besutan PT Antam Tbk juga memperbarui rekor tertingginya. Mengutip logammulia.com, hari ini (29/3) harga emas Antam pecahan 1 gram melompat Rp 27.000 menjadi Rp 2,249 juta.

Sementara, harga beli kembali alias buyback emas Antam stagnan di level Rp 1,141 juta per gram. Ini adalah acuan harga apabila Moms menjual emas Antam pada hari ini. 

Baca Juga: Harga Emas Spot Naik Gara-Gara Ada Potensi Suku Bunga AS Turun

Adapun, pengukur utama inflasi AS, yaitu pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang akan dirilis Jumat akan menjadi ujian untuk reli emas minggu ini. Data tersebut diperkirakan menunjukkan pertumbuhan harga mungkin masih terlalu tinggi pada Februari, yang dapat menghambat rencana pembuat kebijakan AS untuk menerapkan pemotongan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Suku bunga yang lebih tinggi pada aset lainnya berdampak negatif bagi logam mulia yang tidak menghasilkan imbal hasil.

"Masih ada pertanyaan mengenai lintasan emas dalam jangka pendek, karena hambatan suku bunga yang lebih tinggi, volatilitas saham yang rendah dan penguatan dollar AS," kata Wayne Gordon dan Giovanni Staunovo, analis UBS, melansir Bloomberg, Jumat (29/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini