KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas terkoreksi usai reli lebih dari 1% di awal Oktober 2024. Emas bergerak fluktuatif di tengah kekhawatiran pasar yang dipengaruhi oleh ketidakstabilan geopolitik Timur Tengah. Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha melihat, konflik geopolitik menjadi pendorong utama di balik pemulihan harga emas sebelumnya. Hal ini terjadi setelah Iran meluncurkan sekitar 200 rudal, termasuk rudal balistik, yang menghantam Tel Aviv, ibu kota Israel. Nugraha memproyeksi, emas masih berpotensi mengalami penurunan lebih lanjut. Berdasarkan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini, tren
bullish pada XAU/USD mulai melemah.
"Harga emas berpotensi turun ke level US$ 2.625. Namun, jika terjadi
rebound, ada peluang kenaikan hingga target terdekat di US$ 2.670," ungkapnya dalam riset, Kamis (3/10). Nugraha menyoroti, salah satu faktor utama yang memengaruhi harga emas saat ini adalah laporan data tenaga kerja AS yang dirilis melalui ADP Non-Farm Employment Change. Pada hari Rabu (2/10), data ini menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan, yang mendorong indeks dolar AS (USD) ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir. Baca Juga:
Harga Emas Spot Stabil di Level US$2.655,03 Menuju Tengah Hari Kamis (3/10) Penguatan dolar AS tersebut lantas memberi tekanan pada emas, sehingga mengakibatkan koreksi harga logam mulia ini berada di level US$2.650 pada sesi Asia Kamis pagi (3/10). Adapun harga emas telah mengalami volatilitas signifikan sepanjang minggu ini, sebagian besar dipengaruhi oleh spekulasi mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS. Minggu lalu, harga emas melonjak tajam karena pasar percaya bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada pertemuan November. Namun, pidato yang lebih hati-hati dari Ketua The Fed, Jerome Powell, serta data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, termasuk pertumbuhan tenaga kerja, telah mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 bps menjadi hanya 37% pada Rabu. Namun, meskipun ada koreksi dalam beberapa hari terakhir, kinerja emas pada tahun 2024 tetap impresif, dengan kenaikan lebih dari 28% sepanjang tahun ini. Emas juga berhasil mencetak rekor tertinggi baru di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed. Nugraha menilai, dalam jangka menengah dan panjang, prospek emas tetap positif menurut beberapa analis bank besar. Goldman Sachs, misalnya, baru-baru ini merevisi prakiraan harga emas menjadi US$2.900 pada awal tahun 2025, dari sebelumnya US$2.700. Faktor lain yang mendukung tren kenaikan emas adalah terus bertambahnya cadangan emas di bank-bank sentral di berbagai negara, yang diharapkan akan meningkatkan alokasi emas dalam beberapa waktu mendatang. Di sisi lain, meskipun situasi geopolitik dan ketidakpastian ekonomi mendukung harga emas, volatilitas pasar tetap menjadi tantangan bagi investor.
Baca Juga: Daftar Harga Emas Antam Logam Mulia Hari Ini (3/10) Naik Rp 5.000 Per Gram "Dengan pergerakan harga yang didorong oleh sentimen dan data ekonomi yang sering kali berubah dengan cepat, strategi investasi yang cermat dan pengawasan terhadap perkembangan makroekonomi menjadi penting bagi para pedagang dan investor emas," ujar Nugraha. Dalam jangka pendek, Nugraha menekankan pentingnya untuk memantau reaksi pasar terhadap data ekonomi yang dirilis serta perkembangan terbaru di Timur Tengah. Potensi koreksi lebih lanjut tetap ada, terutama jika dolar AS terus menguat. Namun, jika emas berhasil bertahan di atas level support utama, kemungkinan
rebound ke level US$ 2.670 masih terbuka. "Trader harus tetap waspada terhadap volatilitas yang tinggi dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan emas dalam beberapa hari ke depan," pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari