MELBOURNE. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati level terendah dalam sepekan terakhir pagi ini (4/4). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.51 waktu Sydney, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Mei berada di posisi US$ 94,43 per barel atau turun 2 sen di New York Mercantile Exchange. Kemarin, harga minyak diperdagangkan turun sebesar US$ 2,74 menjadi US$ 94,45 per barel. Ini merupakan penurunan terbesar pada harga minyak sejak 20 November lalu. Level harga tersebut juga merupakan yang terendah sejak 22 Maret. Penurunan harga minyak terjadi setelah data yang dirilis oleh pemerintah AS menunjukkan bahwa cadangan minyak Negeri Paman Sam tersebut mendaki ke level tertingginya dalam 22 tahun terakhir. Berdasarkan data Departemen Energi AS, suplai cadangan minyak AS naik 2,7 juta berel menjadi 388,6 juta barel pada pekan lalu. Ini merupakan yang terbesar sejak 1990. Sementara, sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, cadangan minyak AS akan naik menjadi 2,1 juta barel. Seperti yang diketahui, saat ini, AS merupakan negara konsumen minyak terbesar di dunia. "Data cadangan minyak menjadi salah satu pemicu penurunan harga minyak. Namun saya melihat, di tengah proses pemulihan ekonomi AS dan China, pasar minyak akan lebih baik ke depannya," jelas Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets di Sydney. Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Mei turun sebesar US$ 3,58 menjadi US$ 107,11 per barel di ICE Futures Europe exchange kemarin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Emas hitam masih bearish tertekan cadangan minyak
MELBOURNE. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati level terendah dalam sepekan terakhir pagi ini (4/4). Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.51 waktu Sydney, harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Mei berada di posisi US$ 94,43 per barel atau turun 2 sen di New York Mercantile Exchange. Kemarin, harga minyak diperdagangkan turun sebesar US$ 2,74 menjadi US$ 94,45 per barel. Ini merupakan penurunan terbesar pada harga minyak sejak 20 November lalu. Level harga tersebut juga merupakan yang terendah sejak 22 Maret. Penurunan harga minyak terjadi setelah data yang dirilis oleh pemerintah AS menunjukkan bahwa cadangan minyak Negeri Paman Sam tersebut mendaki ke level tertingginya dalam 22 tahun terakhir. Berdasarkan data Departemen Energi AS, suplai cadangan minyak AS naik 2,7 juta berel menjadi 388,6 juta barel pada pekan lalu. Ini merupakan yang terbesar sejak 1990. Sementara, sejumlah analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, cadangan minyak AS akan naik menjadi 2,1 juta barel. Seperti yang diketahui, saat ini, AS merupakan negara konsumen minyak terbesar di dunia. "Data cadangan minyak menjadi salah satu pemicu penurunan harga minyak. Namun saya melihat, di tengah proses pemulihan ekonomi AS dan China, pasar minyak akan lebih baik ke depannya," jelas Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets di Sydney. Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran Mei turun sebesar US$ 3,58 menjadi US$ 107,11 per barel di ICE Futures Europe exchange kemarin. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News