Emas lunglai transaksi seret



JAKARTA. Volume transaksi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) selama Mei 2013 anjlok 32,64% menjadi 460.685 lot dibandingkan dengan Mei tahun lalu. Bahkan, total transaksi selama lima bulan pertama ini juga jatuh 16,97% menjadi 2,42 juta lot dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,91 juta lot.

Lie Ricky Ferlianto, Kepala Divisi Pengembangan Usaha BBJ, mengatakan, penurunan volume transaksi ini disebabkan oleh kondisi pasar yang melemah, terutama pada harga emas dunia. "Harga emas terus turun, sehingga banyak pemain emas yang mempertahankan posisi atau wait and see dan cut loss," jelasnya kepada KONTAN, Senin (17/6).

Dari beberapa produk kontrak multilateral yang ditawarkan BBJ, penurunan terbesar terjadi pada produk kontrak gulir emas KGEUSD fixed, yakni 98,74% menjadi 264 lot dibanding dengan bulan sebelumnya 21.013 lot.


Sementara, minat produk kontrak gulir emas dengan lot yang lebih kecil, yaitu KGEUSD mini, melonjak 313,94% menjadi 9.763 lot dari bulan sebelumnya yang hanya mencapai 31 lot.

Direktur Kepatuhan PT Askap Futures Sri Winanto membenarkan jika penurunan volume transaksi produk BBJ disebabkan oleh faktor penurunan harga emas. "Gejolak penurunan harga emas yang tajam membuat orang beralih untuk pindah ke investasi yang lebih kecil," jelasnya kepada KONTAN.

Sri mengatakan, penurunan ini berlangsung selama dua bulan terakhir. Adanya peralihan transaksi juga dirasakan oleh para pialang. Sri mengatakan, kini para investor mulai tertarik dengan produk transaksi lot yang lebih kecil, karena nilai investasi lebih sedikit. Pengaruh penurunan tak akan terlalu terasa bagi investor produk mini, karena investasi lebih kecil ketimbang produk reguler.

Untuk mendongkrak transaksi, BBJ akan mulai memfokuskan pada produk komoditas pertanian, dengan meluncurkan beberapa produk baru setelah Lebaran nanti. Produk-produk itu di antaranya kopi robusta, kopi arabika, kedelai, jagung, dan karet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati