JAKARTA. Harga beberapa komoditas menanjak sepanjang kuartal III 2013. Harga emas memimpin penguatan sebesar 9,07%, disusul harga minyak 8,41% dan harga batubara yang naik 0,69%. Kenaikan harga komoditas sepanjang kuartal ketiga terutama karena jebloknya harga di akhir kuartal kedua lalu. Selain itu, kabar menarik di kuartal ketiga turut mengangkat harga komoditas. Emas
Meski melonjak 9,07% pada kuartal ketiga, harga emas masih anjlok 20,70% pada Jumat (27/9) dibandingkan akhir 2012 yang sebesar US$ 1.686,1 per ons troi. Kemarin, harga emas tercatat US$ 1.337,1 per ons troi. Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures bilang, di awal kuartal III, harga emas memang cenderung menguat dipicu spekulasi pasar bahwa pada pertemuan The Federal Reserve 19 September, Amerika Serikat (AS) akan mempertahankan stimulus moneter. Selain itu, membaiknya pertumbuhan ekonomi China diharapkan bisa mendorong permintaan emas fisik dari konsumen emas terbesar di dunia tersebut. Krisis geopolitik di Suriah turut memicu kenaikan permintaan aset aman termasuk emas. Menjelang akhir Agustus, harga emas tertekan. Ariston bilang, tekanan tersebut terjadi akibat optimisme pasar bahwa membaiknya sejumlah data ekonomi AS akan mendorong the Fed segera memangkas stimulus. "Harga emas sempat menguat tajam pasca The Fed melanjutkan program stimulus moneter, tapi itu tidak berlangsung lama," katanya. Ariston memperkirakan, pergerakan emas pada kuartal IV tahun ini kemungkinan akan kembali meredup. Pola pergerakan harga emas saat ini sudah menembus garis uptrend. Ariston memperkirakan, sampai akhir tahun, harga emas akan bergerak konsolidasu cenderung melemah di kisaran US$ 1.240–US$ 1.380 per ons troi. Minyak Harga minyak sepanjang kuartal III bergerak cukup panas. Bahkan, di kuartal III ini, harga minyak sempat bertengger di US$ 109,52 per barel yang merupakan level harga tertinggi sejak September 2008. Harga minyak memimpin kenaikan bila dihitung sejak akhir 2012. Harga komoditas energi ini naik 10,29% sejak akhir tahun lalu. Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan, krisis geopolitik di Mesir meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap gangguan distribusi minyak di Terusan Suez. Harga minyak makin membara ketika krisis politik di Suriah memicu keinginan AS untuk menggelar aksi militer. "Menjelang akhir kuartal, penguatan meredup seiring redanya krisis di Mesir dan Suriah," kata Zulfirman. Selain itu, tekanan datang dari meningkatnya produksi sejumlah negara seperti Libya, Arab dan Irak. Zulfirman memperkirakan, penguatan tajam harga minyak tidak akan berlanjut di kuartal IV. Menurut Zulfirman, harga minyak akan bergerak flat cenderung melemah di kisaran US$ 95–US$ 107 per barel. Pelemahan dipicu oleh meredanya krisis di Suriah dan stimulus moneter AS tak jadi dicabut. Meredanya ketegangan hubungan antara AS dan Iran pada akhir tahun nanti juga mendinginkan bara minyak. Batubara
Harga batubara bergerak paling lambat dibanding komoditas lain. Sepanjang kuartal ketiga, harga batubara hanya naik 0,69% menjadi US$ 80,3 per ton. Bahkan, harga batubara masih anjlok 16,92% dibanding akhir 2012. Tekanan harga batubara di kuartal ketiga lebih berat ketimbang dua kuartal sebelumnya. Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia mengatakan, produksi batubara terus meningkat, sedangkan, permintaan batubara kian berkurang. Pemerintah China membatasi impor batubara kalori rendah. India juga menerapkan pengenaan pajak impor yang tinggi, termasuk batubara. "Ini menyebabkan permintaan batubara dunia menurun dan harga batubara pun semakin rendah," ujarnya. Juni memprediksi, hingga akhir tahun harga batubara sulit naik, karena banyak komoditas substitusi yang lebih murah. Hingga akhir tahun, harga batubara akan kembali terpuruk di kisaran US$ 72–US$ 75 per metrik ton. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati