Meski perhiasan termasuk dalam kategori kebutuhan tersier atau pelengkap, bisnis produk ini tetap menarik. Bisnis perhiasan terus bertumbuh, mengikuti tren dunia fesyen yang makin berkembang. Maklum, selain mempercantik penampilan, perhiasan juga menjadi bagian dari gaya hidup. Apalagi, sebagian orang menilai, perhiasan, yang terbuat dari emas dan perak, bisa menjadi barang investasi. Meski potensi bisnis perhiasan ini cukup menjanjikan, tapi kemitraan dan waralaba perhiasan justru tak banyak berkembang. D'Paris misalnya, hanya menambah dua gerai baru dalam setahun terakhir. Bahkan, jumlah gerai Julia Jewelry, yang menjual perhiasan berbahan emas, justru menyusut.
Kenaikan harga emas yang kencang, beberapa tahun belakangan ini, mengalihkan perhatian konsumen pada perak. Tengok saja, gerai perhiasan perak lebih berkilau ketimbang gerai perhiasan emas. Dalam
review ini, KONTAN mengulas perkembangan kemitraan dan waralaba gerai perhiasan yang pernah ditulis. Pertama adalah Amani Silver, yang mampu menambah gerai baru. Kedua, D'Paris. Terakhir, Julia Jewelry yang sudah tidak lagi menawarkan waralaba. • Amani Silver Perhiasan perak mulai banyak peminatnya dalam setahun terakhir. Tentu saja pertumbuhan penjualan perak ini membawa dampak positif bagi kemitraan Toko Perhiasan Amani Silver dari Bandung. Toko yang berdiri pada 2009 ini mulai menawarkan paket kemitraan sejak Februari 2011. Kini, Amani Silver telah membuka sembilan gerai mitra yang tersebar di berbagai wilayah, seperti Jawa, Sumatra hingga Kalimantan. Asep Mustafa, pemilik Amani Silver, mengatakan bahwa perkembangan usahanya cukup bagus. "Terutama sejak harga emas melambung, banyak orang yang beralih mengoleksi perhiasan perak," tutur Asep. Sekadar informasi, saat KONTAN mengulas Amani Silver, pada Mei 2011 lalu, Asep baru memiliki dua mitra yang semuanya berada di Pulau Jawa. Ketika itu, Amani menawarkan tiga paket kemitraan, yakni Paket A senilai Rp 75 juta, Paket B senilai Rp 100 juta, dan Paket C senilai Rp 125 juta. Sampai saat ini, Asep pun belum mengubah nilai investasi ketiga paket kemitraan tersebut. Bahkan, ia menambah satu paket kemitraan, yakni paket lepas. "Dalam paket ini, kami memberikan kesempatan bagi mitra untuk membeli perhiasan tanpa harus menggunakan merek Amani Silver," jelasnya. Dari sembilan mitra Amani, enam di antaranya menjadi mitra paket lepas. Pada paket ini, Asep membanderol harga sekitar Rp 35 juta hingga Rp 45 juta. "Tapi, semua dana ini untuk pembelian perhiasan, tanpa
franchise fee dan
royalty fee," ujarnya Asep mengaku optimistis usahanya bakal terus bertumbuh. Pasalnya, bisnis perhiasan selalu berkembang dan memiliki pasar yang besar. Selain itu, persaingan juga tak seketat
franchise kuliner dan pendidikan. • D'Paris D'Paris merupakan toko perhiasan yang berdiri sejak 2000 silam. Toko ini menjual berbagai perhiasan perak dengan kadar 925 (92,5%). Selain itu, ada juga perhiasan perak berlapis emas putih 18 karat atau baja berkadar perak 316. Hampir semua perhiasan ini diimpor dari Italia, Singapura, Malaysia, China, Hong Kong, dan Taiwan. Agus Tjandra, pemilik D'Paris, mulai membuka paket kemitraan sejak 2009. Ia menawarkan tiga paket kemitraan, yakni Konter Kecil dengan investasi Rp 184,25 juta, Konter Besar senilai Rp 256,65 juta, dan Toko dengan investasi sebesar Rp 403,3 juta. Nilai investasi ketiga paket itu sudah mencakup meja pajang perhiasan, perhiasan sebagai stok awal, serta biaya penggunaan nama D'Paris untuk tujuh tahun ke depan. Setelah tujuh tahun, kerja sama dengan mitra bisa ditinjau ulang kembali. Namun, setiap bulan, mitra wajib membayar royalty fee 5% dari omzet dan biaya pemasaran sebesar 8% dari omzet. Agus memang sengaja bermain di ceruk pasar perhiasan perak. Pasalnya, harga perhiasan perak lebih miring ketimbang emas. Ia pun bisa membidik pasar kelas menengah, termasuk pasar pelajar dan mahasiswa. Aneka perhiasan, mulai dari anting-anting, gelang, kalung, cincin, dan liontin memiliki label harga mulai Rp 50.000 sampai Rp 200.000. Namun, di luar harga tersebut, ada perhiasan yang berbanderol hingga jutaan rupiah. Untuk memikat konsumen, Agus berani menggaransi barangnya selama seumur hidup. Tahun lalu, ketika KONTAN mengulas kemitraan ini, jumlah gerai D'Paris sudah mencapai 44 gerai. Namun, dalam setahun terakhir, gerai D'Paris hanya bertambah dua unit gerai. "Permintaan sedang sepi, kami juga tidak banyak ekspansi," ujar Agus. D'Paris kini sudah tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Manado, dan Papua. Agus bilang, mitra bisa mendapat omzet berkisar Rp 40 juta hingga Rp 70 juta per bulan. • Julia Jewelry Julia Jewelry adalah jaringan toko emas yang memilih lokasi di pusat belanja modern. Ketika KONTAN mengulasnya tahun lalu, Julia Jewelry masih memiliki 40 gerai yang tersebar di 32 kota di seluruh Indonesia. Kini, jumlah gerai Julia Jewelry malah menyusut menjadi 37 gerai. "Ada beberapa yang tutup, mungkin sekitar tiga hingga lima gerai," ujar Kenny Salmon, Direktur Julia Jewelry. Dari ke 37 gerai tersebut, manajemen Julia Jewelry memiliki 10 gerai. Sementara, 27 gerai sisanya merupakan milik franchisor. Menurut penilaian Kenny, penutupan gerai-gerai Julia Jewelry ini lantaran kota yang dibidik para franchisor-nya kurang sesuai. Padahal, salah satu kunci keberhasilan toko perhiasan terletak pada pemilihan kota ini. Jika ingin sukses berjualan, harus memilih kota yang padat penduduk. "Minimal penduduknya sekitar 500.000 hingga 1 juta," kata Kenny. Beberapa kota yang dianggap pas, selain ibukota provinsi, adalah Malang dan Solo. "Kalau seperti Batu, Jember atau Tegal, itu kekecilan, karena penduduknya sedikit," kata Kenny.
Kini Julia Jewelry telah membuka gerai di semua kota-kota yang dianggap potensial. Itulah sebabnya, Kenny memutuskan tak lagi menawarkan waralaba gerai perhiasannya sejak akhir 2011 ini. "Target waralaba kami, untuk sementara sudah terpenuhi," ujar Kenny. Meski begitu, manajemen Julia Jewelry masih berniat membuka gerainya sendiri. Menurut Kenny, bisnis perhiasan, tak akan pernah ada matinya. Permintaan akan terus bertambah. Namun, ketika ada banyak pemain terjun pada usaha ini, kesempatan untuk mendulang rupiah juga berkurang. "Seperti kue yang dibagi-bagi. Kalau makin banyak yang dibagi tentu makin kecil ukuran kuenya," kata Kenny, bertamsil. Untuk bisnisnya sendiri, setidaknya tiga kali dalam setahun omzet bisnis perhiasan melambung hingga 30% dari omzet di hari biasa. Momen-momen membeludaknya penjualan perhiasan saat Valentine, Lebaran dan Natal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi