JAKARTA. Emas sedikit mengalami penurunan meski masih bertahan di area US$ 1.200 per on stroi. Penurunan emas ini ditengarai oleh penguatan dollar AS dalam tiga hari berturut-turut. Mengutip
Bloomberg, Senin (13/4) pukul 16.00, kontrak emas pengiriman bulan Juni di Commodity Exchange berada di level US$ 1.204,90 per ons troi. Harga emas naik tipis 0,02% dibanding penutupan Jumat akhir pekan lalu. Sementara dalam sepekan, emas telah tergerus 1,1%. Emas batangan di Shanghai Gold Exchange naik 1,5% menjadi 242,36 yuan per gram atau setara US$ 1.212,58 per ons troi. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak 27 Maret 2015.
Emas jatuh selama tiga kuartal berturut-turut karena spekulasi investor yang menduga-duga kapan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) akan menaikkan suku bung acuan. Presiden The Fed wilayah Minneapolis, Narayana Kocherlakota menuturkan, kenaikan suku bunga terlalu cepat dapat merusak pemulihan dan mendorong inflasi lebih jauh di bawah sasaran The Fed sebesar 2%. Di sisi lain, Presiden The Fed wilayah Richmond, Jeffrey Lacker terus mendukung kenaikan tingkat suku bunga pada bulan Juni. “Ketidakpastian tentang kebijakan moneter The Fed mengundang spekulasi. Kegiatan ETF juga menunjukkan kurangnya keyakinan di tengah investor,” ujar Kotak Komoditi Services Ltd dalam sebuah laporan kepada
Bloomberg. Suara pejabat internal The Fed terpecah pada pertemuan bulan lalu ketika mulai menaikkan suku dari mendekati nol. Menurut notulen rapat The Fed pada 17-18 Maret lalu, beberapa peserta ingin menormalkan kebijakan mulai Juni. Sementara yang lain menghendaki kenaikan suku bunga pada akhir tahun. Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, penurunan harga emas terjadi karena data neraca perdagangan China bulan Maret 2015 yang di rilis pada Senin (13/4) hanya membukukan surplus US$ 3,1 miliar. Surplus ini lebih rendah dibanding ekspektasi US$ 43,4 miliar. Minimnya surplus ini menimbulkan kekhawatiran akan berkurangnya permintaan emas fisik dari China. Seperti diketahui, China merupakan salah satu importir emas terbesar. “Dalam waktu dekat, pelaku pasar akan mencermati data PDB China kuartal I-2015. Data ini diprediksi sebesar 7% atau lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 7,3%. Ini dapat memberikan sentimen negatif terhadap emas,” ujar Agus. Selain itu, Selasa (14/3) akan bermunculan data ekonomi AS seperti inflasi, indeks harga produsen (PPI) dan penjualan ritel. Data ini diprediksi positif. Apabila rilis data sesuai dengan prediksi maka turut menggerus harga emas. Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures menilai, meski masih ada perbedaan pandangan dari internal The Fed terkait momentum kenaikan suku bunga, namun prospek kenaikan suku bunga pada tahun ini belum pudar. Kondisi ini menahan laju emas lebih lanjut. Di tambah lagi, posisi dollar AS terus menguat akhir-akhir ini. Posisi indeks dollar pada Senin (13/4) pukul 16.00 berada di level 99,66. Angka ini naik 0,33% dibanding akhir pekan lalu. “Outlook harga emas masih bearish (turun). Saat ini minat investasi di emas masih minim karena inflasi rendah,” terang Nizar.
Secara teknikal, Agus melihat pergerakan harga emas dalam jangka pendek akan relatif netral. Harga berada di moving average 50 namun masih berada di bawah moving average 100 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) masih berada di area nol. Stochastic berada di level 31%. Sementara relative strength index (RSI) berada di level 39%. Baik stochastic maupun RSI belum menentukan arah pergerakan selanjutnya atau masih
wait and see. Agus menebak harga emas sepekan akan berada di kisaran US$ 1.175-US$ 1.225 per ons troi. Sementara Nizar memprediksi harga emas akan terbentang di antara US$ 1.170-US$ 1.215 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto