Emas tertekan data tenaga kerja Amerika Serikat



JAKARTA. Ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terus menaungi harga emas. Harga si kuning ini pun diprediksi akan semakin tertekan menjelang rilis data perubahan tenaga kerja sektor non pertanian (non farm employment change) AS versi pemerintah. Data itu akan dirilis besok (Jumat 5/6) malam. Data ini merupakan salah satu petunjuk bagi The Fed untuk mengkonfirmasi kenaikan tingkat suku bunganya. Mengacu Bloomberg, Kamis (4/6) pukul 20.00 WIB harga emas kontrak pengiriman bulan Agustus 2015 di Divisi Commodity Exchange (Comex) seharga US$ 1.180,40 per ons troi, turun 0,38% di bandingkan dengan hari sebelumnya. Selama sepekan harga emas turun 0,67%. Alwi Assegaf, Analis PT SoeGee Futures menilai harga emas berada dalam tekanan akibat mencuatnya ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (The Fed). Data perubahan tenaga kerja AS versi swasta (ADP non farm employment change) pada Rabu (3/6) menunjukkan hasil positif atau tercatat sebesar 201.000 orang, melebihi prediksi sebesar 198.000 orang. "Kenaikan suku bunga The Fed berdampak negatif, sebab dapat mengurangi daya tarik aset non bunga seperti emas," jelas Alwi. Tekanan pun makin kuat akibat munculnya titik terang terkait masalah utang Yunani. Para kreditur mulai memberikan sinyalemen kompromi untuk mencegah Yunani mengalami gagal bayar (default). Selain itu pemerintah Yunani memberikan sinyal optimisme bahwa kesepakan tentang penyelesaian hutang mampu tercapai. “Emas biasanya diburu untuk asset lindung nilai saat ada gejolak politik, namun dengan adanya sinyal meredanya gejolak politik khususnya Yunani emas menjadi kurang diminati,” ungkap Alwi Alwi memprediksi harga emas masih berada dalam tekanan alias akan melanjutkan penurunan pada besok (Jumat 5/6). “Menjelang data nonfarm payroll AS versi pemerintah pada besok malam, akan cenderung berada dalam tekanan,” tambahnya. Indikator teknikal pun mengisyaratkan harga emas turun. Alwi memaparkan harga berada di bawah moving average (MA) 55 dan MA 10, yang menkonfirmasi kondisi bearish.

Begitupun dengan indikator moving average convergence divergence (MACD) yang berada di teritori negatif atau -3. Sementara indikator relative strength index (RSI) yang menunjuk level 40, memberi indikasi tekanan jual yang kuat. Cuma, stochastic yang menunjuk level 12 sudah menunjukkan kondisi jenuh jual (oversold). Prediksinya besok (Jumat 5/6), harga emas akan berada dalam level support US$ 1.170 - US$ 1.160 dan resistance S$ 1.197 - US$ 1.204. Sementara selama sepekan harga emas akan mendapat petunjuk dari rilis data nonfarm employment change versi pemerintah AS yang diprediksi positif atau mampu tumbuh dibanding bulan sebelumnya. “Jika benar data ini positif emas bisa makin tertekan,” ungkap Alwi. Mengacu hal tersebut Alwi memprediksi harga emas sepekan ke depan akan berada dalam kisaran US$ 1.170 - US$ 1.204 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa