Embargo AS & Eropa ke Iran menjebloskan nilai rial



TEHERAN. Sanksi ekonomi negara-negara Barat terhadap Iran terkait program nuklir telah mempengaruhi aktivitas ekonomi dan perdagangan. Nilai tukar mata uang Iran, rial terus tergerus.

Kejatuhan nilai tukar mata uang tersebut terus berbuntut masalah. Para pelaku pasar valuta asing (valas) seperti para pedagang di ibu kota Iran, Teheran menutup toko mereka selama dua hari berturut-turut.

Beberapa pedagang di pasar utama, Grand Bazaar, mengungkapkan para pedagang menutup toko-toko hingga Kamis karena alasan keamanan. Kemarin, bentrokan terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa.


Ada beberapa pedagang yang membuka toko mereka meskipun hanya bertahan beberapa jam. Penutupan toko-toko valuta dilakukan sehari setelah para pedagang turun ke jalan-jalan di Teheran.

"Seharusnya saya menutup toko tetapi saya memerlukan konsumen berapa pun jumlahnya. Mungkin nanti saya akan menutup toko. Kondisi penukaran uang tidak bisa terus-menerus seperti ini," ujar seorang pedagang yang tidak mau disebutkan namanya.

Asosiasi pedagang Grand Bazaar dalam pernyataannya menyebutkan bahwa pasar akan buka kembali pada Sabtu mendatang tentu saja dengan pengawalan pasukan keamanan.

Bentrokan kali ini merupakan kerusuhan pertama menyusul penurunan drastis rial. Banyak warga Iran menyalahkan Presiden Mahmoud Ahmadinejad atas krisis itu. Rial dilaporkan kehilangan nilai hingga 80% sejak akhir 2011.

Perlu diketahui, akibat dugaan pengembangan senjata nuklir, beberapa negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa melakukan embargo penjualan minyak dari negeri ini. Bahkan hampir sebagian besar transaksi yang berasal dari Iran diblokir di negara-negara besar.

Eropa dan AS mulai mendekati Asia untuk melakukan embargo serupa. Jika Asia juga melakukan embargo secara ketat kepada Iran, bukan tak mungkin rial akan semakin terpuruk.

Editor: