Embargo minyak Iran, China-AS adu mulut



BEIJING. Perseteruan Amerika Serikat (AS) dan China semakin melebar ke berbagai hal. Setelah Menteri Keuangan AS yaitu Timothy F. Geithner melobi Beijing agar mengurangi konsumsi minyak mentah dari Iran, rupanya Paman Sam justru menjatuhkan sanksi pada salah satu perusahaan China.

Tak mau diam, pemerintah China langsung bereaksi dan mengecam sanksi yang dijatuhkan Amerika pada Zhuhai Zhenrong yang menjual produk-produk minyak olahan ke Iran.

Kementerian Luar Negeri China menilai penerapan sanksi terhadap Zhuhai Zhenrong dengan pada undang-undang AS adalah sesuatu yang tak masuk akal.


"Hal itu juga tidak sesuai dengan isi resolusi Dewan Keamanan PBB atas isu nuklir Iran," terang juru bicara Kemenlu Cina, Liu Weimin.

China menyatakan kekecewaannya dan secara tegas menolak sanksi. Washington menuding Zhuhai Zhenrong adalah satu dari tiga perusahaan pemasok produk-produk minyak olahan terbesar ke Iran.

Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan sanksi itu dijatuhkan untuk mencegah perusahaan itu mendapatkan lisensi ekspor dari AS, pendanaan dari bank ekspor impor AS atau pinjaman lebih dari US$10 juta dari lembaga keuangan AS.

Sanksi ini diklaim oleh AS sebagai upaya internasional untuk memaksa Iran menghentikan ambisi nuklirnya. Sebelumnya, Uni Eropa juga telah sepakat untuk mengikuti jejak AS membekukan aset-aset milik Bank Sentral Iran dan menjatuhkan embargo impor minyak Iran.

China dekati Arab Saudi

Bersamaan dengan kecaman Kemenlu itu, Perdana Menteri Wen Jiabao melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi yang merupakan negara pengekspor minyak terbesar ke negeri Tirai Bambu.

Seperti dikutip kantor berita Xin Hua kepada Pangeran Nayef, Wen Jiabao mengatakan kedua negara kini berada di dalam tahapan penting dalam pembangunan dan melihat prospek besar untuk memperkuat kerja sama.

"Kedua negara harus berupaya untuk memperluas perdagangan dan kerja sama baik dalam hal minyak mentah atau gas alam," ujar Wen Jiabao.

Dalam kunjungannya itu, perusahaan minyak Arab Saudi Aramco dan perusahaan minyak China Sinopec mencapai kesepakatan awal untuk membangun kilang minyak di kota Yanbu dengan kapasitas 400.000 barel per hari.

Sanksi terhadap ekspor minyak Iran menjadi perhatian serius China yang membutuhkan banyak pasokan energi untuk menjaga pertumbuhan ekonominya.

Iran saat ini adalah pemasok minyak mentah terbesar untuk China disusul Angola dan Arab Saudi.

Sementara itu, Teheran memperingatkan negara-negara tetangganya tidak menutup kekurangan minyak dunia saat Iran dikenai sanksi AS dan Uni Eropa.

"Kami tak akan menganggap aksi demikian sebagai sebuah tindakan bersahabat. Jika negara-negara penghasil minyak di Teluk Persia memutuskan untuk menggantikan minyak Iran, mereka harus bertanggungjawab atas apa yang akan terjadi," tegas perwakilan Iran untuk OPEC, Mohammad Ali Khatibi.

Editor: