JAKARta. Penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) masih kalah pamor dengan emisi obligasi. Tahun ini, emisi MTN oleh korporasi diperkirakan menurun 40% dibandingkan tahun lalu. Yudhistira Slamet, Analis Obligasi Danareksa Sekuritas, menduga, penerbitan MTN tahun ini merosot setelah mencapai puncaknya di paruh kedua 2011. "Buku investasi para investor sudah penuh," ujarnya, akhir pekan lalu. Di semester II-2011, banyak perusahaan menerbitkan MTN memanfaatkan momentum penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN). Di sisi lain, banyak korporasi yang lebih memilih menerbitkan obligasi karena biayanya lebih murah.
Untuk penerbitan MTN, korporasi harus memberikan kupon melebihi kupon obligasi untuk menarik minat investor. Kupon MTN perusahaan multifinance berperingkat AA+ dengan tenor satu tahun, misalnya, bisa di atas 10,25% per tahun. Sedangkan kupon atau bunga obligasi yang memiliki peringkat dan tenor sama, bisa cuma 7,25% per tahun. Tingginya kupon MTN yang menjadi beban emiten adalah kompensasi bagi investor mengingat instrumen itu kurang likuid. Adanya mekanisme penawaran obligasi berkelanjutan yang disediakan oleh regulator pasar modal, juga memudahkan korporasi menerbitkan obligasi. Hingga akhir 2011, nilai MTN yang beredar (outstanding) di pasar mencapai Rp 18,97 triliun. Nilai emisi tahun lalu, mengutip data Pemeringkat Efek Indonesia mencapai Rp 5 triliun. Yudhistira memperkirakan, tahun ini emisi MTN akan lebih banyak dimanfaatkan korporasi berperingkat di bawah BB. Sedangkan perusahaan berperingkat bagus akan memilih obligasi. "Sektor multifinance masih akan mendominasi penerbitan MTN," ujar Luis Susanto, Analis Obligasi Peak Securities. Selama lima bulan pertama tahun ini, nilai emisi MTN berdenominasi rupiah mencapai Rp 1,73 triliun. Sedang penerbitan MTN dalam dollar AS mencapai US$ 32 juta. Contoh perusahaan yang hendak menerbitkan MTN di tahun ini adalah Buana Finance, dengan nilai emisi Rp 200 miliar. Ada pula BII Finance yang menyiapkan emisi Rp 300 miliar. Rencananya hajatan tersebut digelar di semester II tahun ini. Sementara itu, Artha Prima Finance berniat menawarkan MTN senilai Rp 150 miliar. Tahun ini, Artha Prima sejatinya sudah menerbitkan MTN senilai Rp 50 miliar. "Sisanya sebanyak Rp 150 miliar akan terbit tahun ini," kata Junus E. Leatemia, Direktur Utama Artha Prima Finance.Lelang obligasi negara Hari ini, pemerintah juga kembali menggelar lelang SBN dengan target indikatif penyerapan Rp 6 triliun. Ada lima seri SBN yang ditawarkan dalam lelang kali ini. Satu seri SPN03120815 bertenor tiga bulan merupakan penawaran baru (new issuance).
Ada pula SPN 12130502 (reopening) yang jatuh tempo 2 Mei 2013. Yield per Jumat lalu di level 4%. Kemudian, seri acuan tenor 10 tahun FR0061, seri benchmark 15 tahun FR0059, dan acuan obligasi 20 tahun FR0058. Yield masing-masing seri mencapai 6,2%, 6,6%, dan 6,95% di akhir pekan lalu. Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas, memperkirakan, minat investor mengikuti lelang bakal tinggi. "Tawaran penempatan dana yang masuk bisa mencapai Rp 10 triliun," kata dia. Investor akan meminta yield tinggi sebagai kompensasi tekanan inflasi. "Yield di pasar tengah naik, bunga Sertifikat Bank Indonesia sembilan bulan juga naik," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri