Emiten Alokasikan Capex Konservatif pada Tahun Politik Ini



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tahun politik dinilai menjadi salah satu sentimen yang berpengaruh terhadap bisnis. Untuk itu, Perusahaan dinilai akan lebih selektif dalam menggelontorkan belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini.

Head of Business Development FAC Sekuritas Indonesia Kenji Putera Tjahaja menilai, tahun politik menjadi salah satu faktor utama bagi emiten dalam menentukan strategi dan kebijakan bisnis. Khususnya, bagi emiten-emiten di sektor yang berhubungan dan sensitif terhadap kebijakan pemerintah, misalnya seperti properti dan infrastruktur

“Jadi wajar jika emiten di sektor tersebut tidak terlalu besar dalam menganggarkan capexnya di tahun ini,” kata Kenji kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1).


Baca Juga: Asing Net Buy Jumbo, Cermati 10 Saham Paling Banyak Diborong Dalam Sepekan

Selain tahun politik, Kenji juga menilai faktor suku bunga tentunya  juga akan berperan penting bagi emiten-emiten di sejumlah sektor tahun ini. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve diprediksi akan mulai melakukan penurunan suku bunga acuan di tahun ini sedikit demi sedikit.

Sejumlah emiten tercatat menurunkan belanja modal tahun ini. PT United Tractors Tbk (UNTR) misalnya. Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, capex tahun ini turun sedikit menjadi sekitar US$ 1 miliar dari sebelumnya US$ 1,2 miliar di 2023.

Peruntukan terbanyak adalah lini bisnis kontraktor penambangan, yakni untuk mengganti alat berat yang sudah usang. “Walaupun ini  sudah turun juga dibandingkan 2023 karena sudah cukup banyak alat berat yang di-replace,” kata Sara.

Tahun ini, UNTR  juga memasang target yang cukup konservatif. Misal, melalui anak usahanya yakni Pamapersada Nusantara (Pama), kinerja segmen kontraktor pertambangan batubara UNTR hanya ditargetkan tumbuh 4%-5%, turun dari target volume produksi tahun ini yang diproyeksi naik hingga 15%.

Sementara, pada 2024, target penjualan Komatsu hanya dipatok berada di level 4.000 unit. Sara menjelaskan, target tersebut dicanangkan karena melihat kondisi pasar alat berat yang menurun.

Di sisi lain, ada pula emiten yang mengalokasikan belanja modal sama dengan tahun lalu. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyiapkan belanja modal tahun ini sebesar US$ 80 juta. Jumlah ini setara dengan US$ 1 untuk 1 ton batubara yang diproduksi.

“Sebagian besar capex untuk pemeliharaan (maintenance)  dan untuk mendorong produksi,” kata Dileep kepada Kontan.co.id, Minggu (14/1). Capex akan didanai menggunakan kas internal oleh anak perusahaan BUMI.

Baca Juga: Ini Sentimen yang Menyeret IHSG Turun 1,49% dalam Sepekan

BUMI baru saja meraih persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026. BUMI meraih persetujuan RKAB ini melalui dua Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) anak usaha miliknya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (AI).

Tahun ini, BUMI berencana memproduksi 80 juta ton batubara. “Perbandingan produksi antara KPC dan Arutmin adalah 2:1,” terang Dileep.

Capex PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga akan sama dengan tahun lalu, dimana AKRA akan mengalokasikan belanja modal Rp 400 miliar. Capex akan digunakan untuk keperluan tangki penyimpanan, armada kapal dan truk, hingga ekspansi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) BP-AKR. 

Direktur & Corporate Secretary AKRA Suresh Vembu menyebut, BP -AKR berencana membuka 50 SPBU baru, baik SPBU Company Operation Company Owner (COCO) dan  Dealer Operation Dealer Owner, (DODO) pada tahun 2024.

Namun, datangnya tahun politik tak menjadikan AKRA gentar dalam menentukan target kinerja tahun depan. Dari sisi bottom line misalnya, AKRA membidik pertumbuhan laba bersih 12% hingga 15% tahun depan. Target ini dengan menimbang pertumbuhan sejumlah lini bisnis AKRA.

Suresh merinci, pendapatan dari bisnis perdagangan bahan bakar minyak (BBM) dan segmen distribusi kimia ditargetkan tumbuh 6% hingga 8% secara year-on-year (YoY). Sedangkan di segmen lahan industri, AKRA menargetkan mampu menjual lahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) sebesar 130 hektare (Ha) di 2024. Target ini berkaca pada realisasi penjualan lahan di sepanjang tahun 2023 yang mencapai 90 Ha.

Namun, ada pula emiten yang menaikkan anggaran capex-nya tahun ini, utamanya untuk ekspansi bisnis. Seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 400 juta tahun ini. Sebagai perbandingan, alokasi capex TPIA tahun lalu hanya US$ 100 juta.

Baca Juga: Pengaruh Rasio Emiten Terhadap Return Saham di Kompas100

Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Suryandi mengatakan, mayoritas dari capex atau mencapai US$ 300 juta akan digunakan untuk pembangunan pabrik chlor-alkali dan ethylene dichloride (pabrik CA-EDC) terintegrasi berskala dunia.

“Ini menunjukkan keseriusan  kami melaksanakan proyek tersebut. Proyek ini memakan waktu 26 bulan sampai 28 bulan untuk selesai,” kata Suryandi dalam paparan publik insidentil yang digelar Rabu (10/1).  Pada saat pabrik ini rampung, Suryandi berharap bisa berkontribusi positif terhadap margin TPIA.

Menurut Kenji, dalam jangka pendek investor bisa mencermati emiten yang diuntungkan menjelang pemilu seperti emiten-emiten media dan sektor konsumsi. “Namun pasca pilpres, sektor seperti perbankan, properti, tambang dan energi menurut saya bisa dipantau lebih lanjut,” tutup Kenji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .