Emiten anyar masih membanjiri bursa



JAKARTA. Memasuki dua bulan terakhir di 2013, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih akan terus kedatangan emiten baru. Dalam pipeline BEI, ada lima perusahaan yang akan menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada November-Desember.

PT Grand Kartech Tbk (KRAH) bakal mengawali daftar perusahaan yang IPO di pengujung tahun 2013. Perusahaan rekayasa dan manufaktur ini akan mencatatkan (listing) saham perdana di BEI, 8 November 2013.

Grand Kartech melepas 163,64 juta unit saham atau 16,8% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga pelaksanaan IPO KRAH Rp 275 per saham. Artinya, Grand Kartech meraih dana segar Rp 45 miliar dari pencatatan saham perdana tersebut.


Calon emiten lain adalah PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SBS). Dalam prospektus, Rabu (6/11), perusahaan perkebunan ini berencana melepas 1,5 miliar saham biasa atau 15,7% dari total modal disetor dan ditempatkan.

Anak usaha PT Citra Borneo Indah ini belum menetapkan harga pelaksanaan IPO tersebut. Namun, saham yang dilepas SBS memiliki nilai nominal Rp 100. Rencananya, Sawit Sumbermas akan due diligence meeting dan penawaran umum, hari ini (7/11). Perusahaan ini akan mencatatkan saham pada 12 Desember.

Selain itu, perusahaan taksi terkemuka yakni PT Blue Bird Tbk juga berencana melantai di bursa akhir tahun ini. Blue Bird akan melepas saham IPO sebanyak 20%-25% dari total modal disetor dan ditempatkan.

Dua perusahaan lain adalah PT Soechi Lines Tbk dan PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk. Kedua perusahaan itu masing-masing akan melepas saham sebanyak 25%-30% dari modal disetor dan ditempatkan.

Prospek IPO

Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities menuturkan, prospek perusahaan yang IPO di pengujung tahun akan sangat ditentukan oleh kapan mereka akan mencatatkan saham perdana. Jika pelaksanaan listing tersebut di bulan November, prospek saham pendatang baru tersebut masih cukup bagus.

"Tapi, kalau listing baru dilakukan Desember, kemungkinan besar tak terlalu menarik karena pasar sudah mulai sepi," kata Supriyadi, Rabu (6/11). Di sisi lain, faktor window dressing juga membuat arah prospek saham-saham yang IPO di akhir tahun menjadi susah ditebak.

Reza Nugraha, analis MNC Securities menambahkan, tekanan yang dihadapi saham-saham IPO kian tinggi lantaran investor biasanya lebih memilih untuk meningkatkan kas ketimbang menyimpannya pada saham.

Selain itu, investor akan lebih memilih saham IPO dengan valuasi bagus dan size lebih besar. Sebab, itu akan menentukan likuiditas saham setelah listing. Daya tarik lain yang akan menentukan adalah price to earning ratio (PER) perusahaan. Terutama, emiten yang memiliki PER di bawah 15 kali. "Itu dianggap murah karena di bawah PER IHSG," terang Reza. 

Investor juga akan melihat alokasi dana IPO. Supriyadi bilang, investor tidak akan agresif menyerbu saham IPO jika alokasi dana lebih banyak untuk membayar utang, bukan untuk ekspansi. Sejauh ini, hasil IPO dua calon emiten Grand Kartech dan Sawit Sumbermas untuk ekspansi.

Selain fundamental, aspek sektor usaha calon emiten bisa dipertimbangkan investor. Tahun ini, sektor properti, perbankan dan konstruksi memang menjadi primadona di BEI. "Kalau didukung fundamental yang bagus, calon emiten yang bergerak di tiga sektor ini bisa menjadi pilihan," ungkap Reza.

Nah, untuk IPO Blue Bird mungkin menarik. Tapi, sektor transportasi sedang tertekan akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana