JAKARTA. Penawaran saham perdana perusahaan mendekati akhir semester I-2013, makin marak. Kemarin, PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) sudah mencatatkan saham perdana. Di hari pertama, harga NOBU langsung ditutup menguat 14,7% ke Rp 430 per saham. Adapun, harga IPO NOBU Rp 375. Nah, setelah NOBU, dua perusahaan segera menyusul initial public offering (IPO) di semester pertama ini. Mereka adalah PT Acset Indonusa (Acset) dan PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Perusahaan konstruksi, Acset berniat melepas 30% ke publik setara 150 juta unit saham. Manajemen Acset dalam prospektus, Senin (20/5) menyatakan akan menggunakan 50% dana IPO untuk modal kerja, 37,5% untuk membayar utang ke PT Bank Internasional Indonesia dan 12,5% untuk belanja modal.
Namun Acset, belum mengumumkan kisaran harga saham IPO. Namun, kabarnya Acset mengincar dana Rp 300 miliar-Rp 500 miliar. Acset memilih Kim Eng Securities menjadi penjamin emisi pelaksana IPO. Rencana penawaran awal Acset pada 21 Mei-3 Juni, penawaran umum 14 Juni-18 Juni, penjatahan 20 Juni dan pecatatan 24 Juni. Calon penghuni lain bursa, Sritex akan menawarkan IPO di harga Rp 230-Rp 385 per saham. Sritex melepas 5,5 miliar saham setara 30,12%. Artinya Sritex bisa meraup dana Rp 1,29 triliun-Rp 2,16 triliun dari IPO. Eko Yuliantoro, Direktur Utama Bahana Securities, mengatakan, harga tersebut mencerminkan price earning ratio (PER) 13 kali. PER industri garmen internasional 12,5 kali. Bahana adalah penjamin emisi IPO Sritex. Allan M Severino, Direktur Keuangan Sritex menuturkan, target dana IPO Sritex sekitar Rp 1,5 triliun. Dana itu nanti akan digunakan memenuhi total kebutuhan ekspansi senilai Rp 2,4 triliun. Sritex akan mencari pinjaman guna mencukupi sisa dana ekspansi. "Ada dua bank yang sedang negosiasi dengan kami," ujar dia. Asal tahu saja, Sritex ingin menambah mesin pemintalan benang (spinning) dan garmen. Saat ini, kapasitas produksi spinning Sritex sebesar 353.000 bal per tahun, dan produksi garmen 8,2 juta pakain per tahun. Ekspansi ini akan menambah produksi spinning 287.000 bal dan 8 juta pakaian per tahun. Ekspansi ini diharap mampu mendongkrak pendapatan Sritex menjadi Rp 5,1 triliun dan laba bersih Rp 320 miliar di tahun ini. Target pendapatan Sritex itu sama naik 24% dari Rp 4,11 triliun di 2012, sementara laba bersih naik 39,74% dari Rp 229,31 miliar di tahun lalu. Adrianus Bias Prasuryo, Analis Samuel Sekuritas, menilai, prospek perusahaan yang akan mencatatkan saham perdana masih menarik. Asal, kinerjanya bagus. Adrianus mengatakan, pemilihan momen IPO tidak terlalu berpengaruh terhadap harga saham perdana. "Pasar lebih melihat kualitas perusahaan dan valuasi yang diberikan," ujar dia. Jika fundamental perusahaan bagus, harga IPO naik meski pasar jeblok. Thendra Crisnanda, analis BNI Securities berbeda pendapat. Menurut dia, peluang kenaikan harga emiten baru tergantung kenaikan IHSG. "Kalau IHSG belum koreksi signifikan, harga masih bisa naik," ujar dia.
Secara spesifik, Adrianus melihat, prospek Acset sebagai perusahaan konstruksi cukup bagus. "Sektor konstruksi masih bullish," kata dia. Karena harga saham Acset belum ditentukan, dia memberi saran membeli saham jika PER di bawah rata-rata industri 17 kali-18 kali. Sementara prospek Sritex susah dicari pembanding. Sebab, tidak ada emiten lain dengan sektor yang sama. Untuk memudahkan, dia menyarankan, membandingkan PER Sritex dengan PER IHSG. Secara industri, menurut Thendra, Sritex kurang menarik. Pasalnya, persaingan dengan produk China cukup ketat. "Tapi, dari sisi kualitas masih dapat bersaing," kata Thendra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana