KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten batubara optimistis ekspor batubara akan meningkat memasuki semester II-2024. Hal tersebut disokong sejumlah katalis positif bagi ekspor batubara. Emiten tambang pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) telah mempersiapkan sejumlah langkah strategis untuk mempertahankan kinerja dan memitigasi perubahan kondisi pasar yang fluktuatif. Sekretaris Perusahaan PTBA Niko Chandra mengatakan, pihaknya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan yang tinggi, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru.
"Volume penjualan kami tahun ditargetkan meningkat dibandingkan 2023," kata Niko kepada Kontan, Jumat (19/7). Sementara itu, Kontan mencatat PTBA cetak kinerja positif untuk ekspor batubara sepanjang kuartal I-2024. Di mana, ekspor batubara PTBA di tiga bulan pertama 2024 mencapai 3,8 juta ton. "Jumlah ini naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pasar ekspor PTBA semakin beragam. Terdapat peningkatan ekspor ke sejumlah negara, di antaranya India, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, dan Kamboja," ujar Niko kepada Kontan. ementara itu, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) Febriati Nadira mengatakan, harga batubara bergerak mengikuti siklus dan akan selalu berfluktuasi.
Baca Juga: Disokong Katalis Positif, Pengusaha Optimistis Ekspor Batubara Meningkat Semester II "Kami akan tetap fokus pada segala sesuatu yang dapat kami kontrol seperti kontrol operasional untuk memastikan pencapaian target perusahaan dan efisiensi biaya," ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/7). Emiten produsen batubara terbesar di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) tetap optimistis untuk mengalokasikan batubara 70% untuk ekspor dan 30% untuk domestik, termasuk DMO. Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, kurva harga ke depan menunjukkan bahwa harga dapat naik sekitar 10% dari level sekarang. "Saat ini, kami terus mencermati perkembangan pasar Asia, terutama China & India," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (18/7). Adapun, dalam keterangan resminya, PT Indika Energy Tbk (
INDY) menyampaikan anak usahanya PT Kideco Jaya Agung melakukan penjualan batubara sebesar 7,2 juta ton pada kuartal I-2024. Kideco menjual 2,7 juta ton atau 37% dari volume penjualan batubara ke pasar domestik dan 4,6 juta ton atau 63% dari volume penjualan ke pasar ekspor, seperti di China 34%, Korea 7%, India 9%, Taiwan 2%, Asia Tenggara 7%, dan Jepang 4%. Sementara itu, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai ekspor batubara semester II masih akan positif. Plt Direktur Eksekutif APBI/ICMA Gita Mahyarani mengatakan, prospek ekspor batubara untuk kenaikan di semester II masih ada estimasinya di 5-10%. Selain itu, harga batubara pun masih bisa naik tentunya seiring dengan permintaan. Prospek musiman akan berdampak positif sehingga akan mengerek harga batubara hingga akhir tahun ini. "Permintaan dari China dan India masih positif, apalagi China menjelang musim dingin nantinya akan semakin meningkat," kata Gita kepada Kontan, Kamis (18/7). Gita menambahkan, secara
week on week sudah mulai meningkat ekspor di China. Secara umum, permintaan China dan India untuk batubara dari Indonesia masih ada potensi lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
"Periode Januari - Mei, permintaan batubara oleh India lebih dari +10 juta YoY, China flat. Ke depan India akan balik dari monsoon di Agustus. China masuk winter. Jadi kita masih optimistis," ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan volume ekspor batubara Indonesia mencapai 32,66 juta ton pada Juni 2024. Angka ini turun 3,06% dibandingkan capaian Mei yang sebesar 33,69 juta ton.Sementara untuk nilai ekspor batu bara RI sebesar US$ 2,49 miliar pada Juni 2024. Nilai ini turun 0,36% secara bulanan dibandingkan capaian Mei 2024 sebesar US$ 2,5 miliar. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, kinerja ekspor batu bara yang menurun ini disebabkan oleh berkurangnya penggunaan batu bara di beberapa negara sebagai sumber energi. Batu bara menurun secara bulanan disebabkan oleh penurunan volume dan harga. Sedangkan secara tahunan penurunan lebih disebabkan oleh penurunan harga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari