Emiten berorientasi ekspor kemungkinan terimbas perang dagang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara AS dan China yang ditabuh hari ini, Jumat (6/7) diprediksi bisa berdampak terhadap kinerja sejumlah emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mengatakan, emiten yang diuntungkan adalah emiten yang banyak melakukan aktivitas ekspor ke USA seperti PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD). "Alasannya karena barang Indonesia juga bisa bersaing di sana baik dari segi harga dan kualitas," kata dia.

Sementara itu, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, belum bisa memberikan prediksi terkait efek perang dagang antara AS dan China terhadap kinerja emiten di pasar modal Indonesia.


"Perlu ada analisa secara detail mengenai pembatasan tarif produk dari emiten-emiten kita. Kemungkinan bila perang dagang terealisasi maka barang yang diekspor dari China ke AS atau sebaliknya akan beralih ke negara-negara multimarket, termasuk Indonesia," jelasnya.

"Kemudian produk-produk Indonesia yang berorientasi domestik pasti akan dapat persaingan dari produk-produk luar yang datang dari China maupun AS," imbuhnya.

Alfred bilang saat ini analisisnya masih dalam tataran makro, sebatas perang dagang antara AS dan China. Kalau untuk analisis mikro terkait dampaknya bagi emiten-emiten di Indonesia belum ada data yang pasti dan jelas. "Ini relatif sulit karena kita belum mengeksplor dan membuat rilis data terkait produk-produk yang terkena pembatasan tarif oleh AS maupun China yang juga diproduksi oleh emiten-emiten kita," tambahnya.

"Yang pasti emiten dengan orientasi ekspor akan terpengaruh, tapi mengenai positif maupun negatifnya kita belum pastikan. Tapi, ada kemungkinan lain juga bahwa emiten-emiten di pasar dalam negeri juga ikut kena pengaruh dengan membanjirnya sejumlah produk yang datang dari China maupun AS setelah perang dagang," tutupnya.

Sedangkan mengenai target level bottom IHSG hingga akhir tahun, Alfred bilang tergantung posisi rupiah terhadap dollar.

"Jika rupiah berhasil memperbaiki posisi ke level Rp 13.800, maka IHSG bisa berada di level 5.300. Sedangkan jika rupiah tetap di level Rp 14.005 maka IHSG masih berada di level 5.500," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati