KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten merilis realisasi belanja modal (capital expenditure/capex) periode sembilan bulan pertama 2023 seiring dengan laporan kinerja keuangan. Demi menggenjot agenda ekspansi, sebagian emiten berskala jumbo mengucurkan capex lebih banyak ketimbang tahun lalu. Sebagai contoh, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO). Emiten batubara milik taipan Garibaldi Thohir ini menggelontorkan capex senilai US$ 473 juta hingga September 2023. Meningkat sekitar 71% dibandingkan capex yang diserap ADRO sebanyak US$ 277 juta pada periode yang sama tahun lalu. Sebagian besar dana tersebut dipakai untuk pembelian dan penggantian alat berat dan kapal, investasi awal pada smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya, dan investasi pada infrastruktur. Dari sisi anak usahanya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) membelanjakan capex sebesar US$ 95,7 juta.
Baca Juga: Sarana Menara Nusantara (TOWR) Serap Capex Rp 4,53 Triliun Sepanjang Kuartal III 2023 Capex ADMR sampai dengan kuartal III-2023 itu terutama dipakai untuk kebutuhan proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC) dan konstruksi smelter aluminium di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Adapun, fase pertama smelter aluminium KAI diperkirakan mencapai operasi komersial pada tahun 2025. Emiten lain yang agresif menyerap capex adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN). Sedang menggarap ekspansi di sisi hulu tambang dan hilirisasi, AMMN telah merealisasikan capex senilai US$ 480 juta, naik sekitar 119% dibandingkan periode kuartal III-2022. Manajemen AMMN merinci, capex tersebut diserap untuk sustaining capex sebesar US$ 110 juta. Meliputi kebutuhan pembelian peralatan pertambangan, pembangunan dan peningkatan fasilitas pendukung kegiatan penambangan bijih fase 7 dan pengupasan batuan penutup fase 8. Emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim dan Grup Medco ini juga mengucurkan capex untuk kebutuhan proyek smelter sebesar US$ 137 juta, perluasan pabrik konsentrator US$ 138 juta, serta untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dan fasilitas LNG sebesar US$ 94 juta. PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) dan PT United Tractors Tbk (
UNTR) juga tak kalah agresif. Direktur INCO Bernardus Irmanto mengungkapkan pihaknya sudah merealisasikan capex sekitar US$ 196 juta hingga September 2023. Terdiri dari sustaining capex US$ 52,5 juta dan US$ 144,1 juta bagi keperluan growth project. Realisasi capex INCO itu melejit 67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sekitar US$ 117,5 juta. "Lonjakan capex karena di tahun 2023 perusahaan mulai mengeksekusi
growth project, terutama untuk pembangunan tambang di Bahodopi dan Pomalaa," kata Bernardus. Corporate Secretary
UNTR Sara K. Loebis mengungkapkan entitas Grup Astra ini telah menyerap capex senilai Rp 13,8 triliun hingga kuartal III-2023. Lebih tinggi dari posisi tahun lalu dengan serapan Rp 5,3 triliun, atau melonjak sebanyak 160,3% secara tahunan. Sara bilang, realisasi capex UNTR masih on track dari target yang diestimasikan mencapai Rp 18 triliun di akhir 2023. Belanja modal UNTR sebagian besar bersumber dari kas internal. Sara menegaskan, alokasi capex ini di luar investasi yang digelontorkan untuk membiayai aksi akuisisi yang gencar dijalankan UNTR. "Sebagian besar adalah untuk pembelanjaan alat berat lini bisnis kontraktor penambangan batubara. Capex tidak termasuk akuisisi," ungkap Sara. Di samping itu, emiten lain yang mengumumkan serapan capex per September 2023 antara lain ada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang sudah mengucurkan capex US$ 155 juta untuk segmen minyak dan gas (migas) dan US$ 55 juta untuk segmen ketenagalistrikan. Capex migas terutama dipakai untuk penyelesaian beberapa proyek pembangunan di Natuna dan Corridor. Sedangkan ketenagalistrikan dialokasikan untuk menyelesaikan pengembangan pembangkit listrik geothermal Ijen.
Baca Juga: Ini Penggunaan Capex Dharma Polimetal (DRMA) Per Kuartal III 2023 Sepanjang tahun ini, MEDC menganggarkan capex US$ 250 juta untuk migas dan US$ 80 juta bagi ketenagalistrikan. Sementara itu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) sudah menggelontorkan capex sebesar Rp 275 miliar, setara dengan 68,75% dari total anggaran yang disiapkan untuk tahun ini sekitar 400 miliar.
Strategi Ekspansi
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat serapan capex emiten sepanjang sembilan bulan 2023 relatif ekspansif, khususnya pada perusahaan tambang. Aksi ini memungkinkan untuk dilakukan lantaran memiliki posisi kas dan permodalan yang solid. "Pengembangan bisnis masih bisa terlebih pada emiten tambang, karena kenaikan harga komoditas pada tahun lalu membuat emiten tambang memiliki cash yang cukup untuk meningkatkan ekspansi," kata Azis kepada Kontan.co.id, Minggu (5/11). Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melanjutkan, dari sisi serapan capex yang bervariasi di masing-masing industri, ini menunjukkan situasi pasar yang masih dinamis. Sedangkan bagi emiten dengan lonjakan serapan capex, langkah ekspansif itu menunjukkan prospek pengembangan bisnis yang sedang positif. "Terlebih kinerja tahun sebelumnya seperti emiten batubara dan yang terkait, tumbuh signifikan. Sehingga memiliki cash yang cukup besar, dan berkesempatan menganggarkan capex yang lebih tinggi tahun ini," ujar Sukarno. Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menimpali, selain ekspansi pada segmen inti, penyerapan capex menjadi strategi emiten dalam melihat peluang bisnis yang prospektif di masa depan. Meskipun untuk saat ini bisnis tersebut belum memiliki porsi yang besar terhadap pendapatan. "Capex menandakan emiten tetap fokus melakukan ekspansi dengan menambah kapasitas produksi. Langkah itu juga mencerminkan optimisme emiten melihat pertumbuhan permintaan bisnis inti yang dimiliki," ujar Ratih.
Baca Juga: RMK Energy (RMKE) Anggarkan Capex Rp 300 Miliar di 2024, Ini Rincian Penggunaannya Ratih menyoroti prospek hilirisasi dan energi baru terbarukan, yang membuat emiten gencar menggelontorkan dana untuk ekspansi maupun diversifikasi bisnis. Khususnya bagi emiten di sektor energi dan pertambangan. "Pada era suku bunga tinggi, emiten masih tetap melakukan ekspansi melihat pertumbuhan ekonomi ke depan," tandas Ratih.
Sebagai pertimbangan investasi, Ratih menyematkan rekomendasi buy bagi saham MEDC pada area Rp 1.200 - Rp 1.240 dengan target harga Rp 1.350 dan cutloss jika break support Rp 1.150. Kemudian, speculative buy saham ADRO di Rp 2.400 - Rp 2.450 dengan target di Rp 2.600 dan stoploss jika break support Rp 2.300. Senada, Azis juga menyodorkan saham
MEDC dan
ADRO. Keduanya masih menarik untuk dikoleksi dengan rekomendasi buy bagi saham MEDC dengan target harga Rp 1.500 dan trading buy untuk saham
ADRO. Sementara itu, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo menjagokan saham
AMMN. Pelaku pasar masih layak mempertimbangkan buy AMMN mencermati support di Rp 6.200 dan resistance pada Rp 7.000 dan Rp 7.500. Sedangkan untuk saham
UNTR,
INCO dan
AKRA William menyarankan untuk mewaspadai potensi
downtrend. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi