KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) menggairahkan sektor konstruksi dan pendukungnya, tak terkecuali bagi industri besi dan baja. Sejumlah emiten meyakini, proyek IKN bakal jadi katalis positif yang mendongkrak kinerja di 2023. Direktur Corporate Affairs PT Gunung Raja Paksi Tbk (
GGRP) Fedaus optimistis, industri baja pada tahun ini akan tumbuh dibandingkan tahun lalu. Menyitir data dari Indonesian Iron and Steel Association (IISIA), proyeksi pertumbuhan industri ini sekitar 5% - 6%, sejalan dengan forecast pertumbuhan ekonomi di sekitar 5% pada tahun 2023.
Baca Juga: Berupaya Pangkas Utang, Krakatau Steel (KRAS) Finalisasi Divestasi Anak Usaha GGRP melihat potensi besar untuk penggunaan baja di pembangunan IKN dengan estimasi kebutuhan sekitar 9,2 juta ton. "Tentu saja pemerintah perlu memperhatikan agar penggunaan baja di IKN mengutamakan produk dalam negeri," ujar Fedaus kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu. Penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan standar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) bakal menumbuhkan industri dalam negeri, terutama untuk baja. Selain itu, GGRP juga mengarahkan strategi pada pengembangan baja rendah karbon. Strategi itu sejalan dengan penerapan
roadmap Environmental, Social, and Governance (ESG). "Kami melihat produk baja yang low carbon consumption dan menerapkan proses ramah lingkungan semakin menjadi kebutuhan baja di masa mendatang," ungkap Fedaus. Berbarengan dengan strategi ESG tersebut, pada tahun ini GGRP tetap fokus pada utilisasi mesin Light Section Mill (LSM) yang bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Hanya saja, Fedaus belum bisa membeberkan target pendapatan dan laba bersih GGRP untuk tahun ini.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Dukung Rencana Hilirisasi Besi dan Baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) punya optimisme serupa. Chief Strategy, Corporate Secretary & Investor Relations ISSP, Johannes W. Edward, memaparkan sejumlah indikator pertumbuhan industri baja pada 2023. Pertama, tren kenaikan harga baja sejak Oktober 2022 yang masih berlanjut sampai saat ini. Kedua, pembukaan
lockdown China yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi domestik China maupun regional. Ketiga, komitmen pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur. Keempat, dukungan pemerintah untuk manufaktur dalam negeri dengan pembatasan impor. "Secara umum kami melihat prospek lebih baik, terutama pada semester pertama 2023 ini," jelas Johannes. Produsen pipa baja yang dikenal dengan nama Spindo ini menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 20% pada 2023. Selain dari proyek infrastruktur dan penjualan ekspor, ISSP juga membidik proyek IKN.
Baca Juga: Ini Pendorong Kenaikan Penjualan Steel Pipe Industry (ISSP) hingga Kuartal III Johannes bilang, sudah mulai ada order untuk pipa spiral dan pipa konstruksi dari proyek IKN. Selain itu, ISSP juga berharap ada perbaikan margin seiring dengan kenaikan harga baja dunia dan penguatan rupiah.
Sebagai informasi, saham GGRP masih tertahan di Rp 500 per lembar hingga penutupan pasar pada Jum'at (20/1), level harga yang sama pada perdagangan sebelumnya. Begitu juga dengan ISSP yang harga sahamnya tertahan di area Rp 240 per lembar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto