Emiten Big Caps Beri Keuntungan Tinggi dari Dividen Ketimbang Capital Gain?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, investor masih bisa tersenyum lebar! Sebab, keuntungan dari dividen yang dibagikan oleh emiten tetap menjadi daya tarik utama, bahkan mengungguli potensi keuntungan dari kenaikan harga saham (capital gain).

Contohnya, saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) dalam indeks IDX High Dividend 20 cenderung memberikan keuntungan lebih melalui dividen dibandingkan dengan capital gain.

Menurut data Bloomberg, sejumlah emiten seperti ADRO, ASII, ANTM, BBRI, UNTR, TLKM, UNVR, BBNI, SMGR, KLBF, INKP, dan BRPT mencatatkan dividen yield yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga saham mereka.


Sebaliknya, beberapa emiten seperti PTBA, ITMG, BMRI, INDF, BBCA, ICBP, AMRT, dan TPIA lebih unggul dalam memberikan keuntungan lewat kenaikan harga saham.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi Setelah Reli 2 Hari, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing, Kamis (5/12)

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan keuntungan dari dividen dan capital gain bukanlah tentang mana yang lebih menguntungkan, melainkan bagaimana keduanya saling melengkapi. 

Hal utama yang patut dipertimbangkan terlebih dahulu ialah soal jangka waktu investasi dan profil risiko investor.

"Kedua hal ini tentu menjadi variabel yang harus diperhatikan," kata Nico kepada Kontan, Kamis (5/12).

Dirinya mencontohkan, apabila seorang investor memilih untuk investasi jangka waktu tiga tahun, berarti strategi yang diterapkan ialah buy dan hold. Investor tersebut akan fokus pada pertumbuhan sahamnya saja.

"Tapi apakah itu cukup? Tentu tidak, karena ketika hold suatu saham selama tiga tahun, tentu investor berharap lebih," ujar Nico.

Maka dari itu pilihlah saham yang memang rajin memberikan dividen tunai dan interim, sehingga investor mendapatkan keuntungan maksimal ketika memegang saham tersebut. Serta tak lupa juga memerhatikan fundamental serta potensi valuasi dari emiten setiap waktunya.

Baca Juga: Membandingkan Cuan dari Dividen dan Capital Gain, Serta Saham Rekomendasi Analis

Sementara, jika investor memilih untuk investasi dengan strategi jangka waktu pendek atau trading harian, maka dividen bukan sesuatu yang menguntungkan. 

"Karena fokus utamanya adalah trading, strategi ini memanfaatkan momentum untuk riding the wave, terutama menjelang cum date saat harga saham biasanya mengalami kenaikan," ucapnya.

Ketika volatilitas terjadi, karakter investor juga menjadi salah satu poin yang sangat penting. Apabila dirinya tidak suka dengan volatilitas, maka pilihannya akan menjadi wait and see

Namun, jika dirinya seorang trader, volatilitas akan menjadi sesuatu yang menyenangkan karena ada potensi keuntungan.

Nico menjelaskan bahwa sentimen memegang peran penting karena dapat memengaruhi pergerakan harga saham maupun kinerja perusahaan. Sebagai contoh, jika ada sentimen negatif seperti penurunan daya beli dan konsumsi, saham-saham di sektor consumer goods atau ritel cenderung mengalami penurunan, baik dari sisi harga maupun kinerja perusahaan.

"Oleh sebab itu, penting untuk memperhatikan sentimen yang ada dengan portofolio yang investor miliki," terangnya.

Namun, jika sentimen tersebut hanya berdampak pada harga saham tanpa memengaruhi kinerja perusahaan, dividen tetap dapat dibagikan karena fundamental perusahaan tetap terjaga.

Dirinya juga menyarankan bagi para investor untuk memilih saham yang konsisten membagikan dividen, terutama jika berencana menggunakan pendekatan buy and hold.

Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas Pasang Target IHSG di Level 8.000 pada 2025, Ini Alasannya

Researcher Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo menerangkan keuntungan antara dividen yield dan capital gain sebenarnya tidak bisa disamaratakan, karena sangat bergantung pada strategi masing-masing investor. 

Ia mencontohkan apabila investor mendapatkan keuntungan dari dividen, namun harga sahamnya turun pada akhirnya tetap tidak menguntungkan bagi investor. Contohnya, pada saham ADRO, jika dividen dikonversikan ke AADI, maka investor bisa jadi membayar lebih karena ada biaya yang harus dikeluarkan.

Selain itu, Azis juga menyoroti bahwa tahun ini saham-saham dengan dividen yield tinggi telah mengalami kenaikan harga, sehingga situasinya lebih seimbang. 

"Apabila investor sudah memiliki sahamnya dengan harga di bawah, maka investor tersebut mempunyai keuntungan yang double," papar Azis kepada Kontan Kamis (5/12).

Azis juga menjelaskan untuk melihat kondisi di tahun 2025, pelaku pasar perlu memahami asumsi pertumbuhan kinerja indeks di tahun tersebut. 

Jika indeks mengalami kenaikan, investor pasif yang fokus pada dividen bisa kalah dengan investor aktif atau rajin melakukan rotasi portofolio saham. Sebaliknya, jika indeks turun, investor pasif mungkin  diuntungkan karena dapat terhindar dari volatilitas penurunan harga saham.

Baca Juga: IHSG Koreksi, Cek Rekomendasi Teknikal Saham ANTM, MEDC, ELSA untuk Jumat (6/12)

Azis membeberkan sejumlah rekomendasi saham untuk layak dicermati, seperti PTBA, TLKM, dan ICBP di target harga masing-masing Rp 3.370, Rp 3.200 dan Rp 14.900.

Sementara itu, Nico merekomendasikan sejumlah saham yang menarik dicermati, antara lain ASII di target harga Rp 5.900, BBRI di target harga Rp 5.600, TLKM di target harga Rp 3.600, BBNI di target harga Rp 6.400, SMGR di target harga Rp 4.000, KLBF di target harga Rp 1.800, INKP di target harga Rp 13.200,

Kemudian, Nico juga menjagokan BRPT di target harga Rp 2.150, ITMG di target harga Rp 28.450, BMRI di target harga Rp 7.900, INDF di target harga Rp 8.900, BBCA di target harga Rp 12.000, ICBP di target harga Rp 14.500 dan AMRT di target harga Rp 3.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo