KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten BUMN karya masih berusaha melakukan restrukturisasi utang dan melancarkan arus kas. Teranyar, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) baru saja menggelar empat rapat umum pemegang obligasi (RUPO) pada 21-22 Februari 2024. Hasil RUPO itu menyetujui perpanjangan tanggal jatuh tempo, besaran bunga, dan mekanisme pembayaran bunga untuk tiga obligasi miliki WSKT. Yaitu, Obligasi Berkelanjutan III Tahap III Tahun 2018, Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I Tahun 2020, dan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun 2018.
Sementara, peserta RUPO Obligasi PUB III Tahap IV Tahun 2019 tidak menyetujui usulan WSKT. Oleh karena itu, WSKT pun berencana menggelar kembali RUPO untuk Obligasi PUB III Tahap IV Tahun 2019 pada tanggal 22 Maret 2024. Waskita menargetkan restrukturisasi utang akan efektif pada akhir kuartal I 2024 ini, sehingga suspensi saham dapat segera dicabut oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini juga termasuk oleh upaya penandatanganan master restructuring agreement (MRA) dengan 21 kreditur yang rencananya juga selesai di akhir kuartal I 2024. Namun, skema MRA belum disampaikan WSKT. “Diterimanya usulan restrukturisasi di dalam RUPO diharapkan bisa membuat WSKT melakukan settlement atas kondisi suspensi saham Perseroan,” ujar Direktur Keuangan WSKT Wiwi Suprihatno kepada Kontan, Senin (26/2).
Baca Juga: WSKT Kembali Restrukturisasi Utang Lewat RUPO, Kinerja Bisa Segera Pulih? Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, opsi pelunasan utang yang bisa dilakukan WSKT dalam jangka pendek dan panjang adalah divestasi aset, suntikan modal, dan perolehan laba. Menurut Alfred, opsi suntikan modal menjadi hal yang paling urgen dilakukan pemerintah. Suntikan modal itu tak hanya untuk pemenuhan kewajiban, tetapi juga berperan dalam likuiditas modal kerja. Akhirnya, bantuan itu akan menunjang dalam pelaksanaan proyek WSKT dan mampu menghasilkan laba bagi Perseroan. “Opsi divestasi aset juga butuh peran signifikan dari Pemerintah untuk mendatangkan potensial buyer, baik dari luar maupun domestik. Termasuk divestasi Tol Bocimi yang tengah berlangsung,” ujar Alfred kepada Kontan, Senin (26/2). Perbaikan buku atau neraca WSKT akan terealisasi dari penurunan jumlah utang, penambahan modal, dan peningkatan profitabilitas. “Perbaikan buku atau neraca itu pun akan memberikan kembali kepercayaan perbankan dalam memberikan modal kerja,” tuturnya. Alfred melihat, industri jasa konstruksi tidak sedang dalam sunset industri. Dia optimistis, kondisi infrastruktur Indonesia saat ini memberikan potensi yang besar bagi para pemain jasa konstruksi, termasuk BUMN karya. Bahkan, portofolio proyek yang dimiliki BUMN karya berpotensi bisa dijadikan modal untuk ekspansi ke luar negeri. “Jadi meskipun bisnis jasa konstruksi BUMN karya masih sangat berat dalam 1-2 tahun ini, namun masih sangat besar prospeknya ke depan,” kata Alfred.
Baca Juga: Menakar Kemampuan Emiten BUMN Karya Restrukturisasi Utang Menurut Alfred, secara performa ADHI dan PTPP memiliki posisi yang lebih baik jika dilihat dari rasio utang dan profitabilitas pada periode 2023-2024. “Terkait upaya penyelesain proyek, saat ini faktor pemberat terbesar mereka adalah pada likuiditas kebutuhan modal kerja,” ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat