KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang semester I-2019, mayoritas produsen
crude palm oil (CPO) mencatatkan penurunan laba bersih. Sebut saja PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (
LSIP) yang mencatatkan penurunan 95,34%
year on year (yoy), dari Rp 224,92 miliar pada paruh pertama 2018 menjadi Rp 10,47 miliar pada semester I-2019. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (
SIMP) juga memperlihatkan penurunan
bottom line, dari laba bersih Rp 57,1 miliar pada semester I-2018 menjadi rugi bersih Rp 310,17 miliar pada paruh pertama 2019.
Baca Juga: Laba London Sumatra (LSIP) merosot 95% akibat penurunan harga jual Selanjutnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI) juga mencatat penurunan laba bersih hingga 94,42% menjadi Rp 43,72 miliar pada semester pertama 2019. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih AALI masih sebesar Rp 783,91 miliar.
Senior Vice President of Corporate Communications AALI Tofan Mahdi mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh harga minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) yang sangat rendah sepanjang semester I-2019.
Baca Juga: Laba merosot 94%, ini kata Astra Agro Lestari (AALI) Menurut dia, rendahnya harga minyak sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama suplai minyak nabati yang besar seperti sawit, soya, dan
sunflower sehingga menekan harga CPO. “Tekanan lainnya berasal dari sentimen negatif di Uni Eropa terhadap minyak sawit terkait dengan kebijakan Renewable Energy Directives II (RED2) yang membuat sawit harus dikeluarkan sebagai bahan baku biofuel di Eropa,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (30/7). Kemudian, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (
SMAR) mencatatkan penurunan laba operasi sebesar 24% yoy menjadi Rp 301 miliar.
Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food Pinta S, Chandra mengatakan, hal ini terjadi karena penurunan harga pasar CPO.
Baca Juga: CPO dan batubara menjadi pengaruh terbesar untuk indeks harga perdagangan Meskipun begitu, perusahan ini mampu membalikkan rugi bersih semester pertama 2018 yang sebesar Rp 187,45 miliar menjadi laba bersih Rp 287,17 miliar. “Perolehan laba bersih ini dikontribusi dari laba selisih kurs yang sebagian besar berasal dari translasi utang berdenominasi mata uang dollar AS ke rupiah," ucap Pinta, Kamis (1/8). Melihat hal tersebut, Analis Profindo Sekuritas Indonesia Dimas W. P. Pratama merekomendasikan investor untuk
wait and see atas saham-saham CPO. Pasalnya, permintaan atas CPO terlihat belum pulih dan produsen belum mendapatkan pasar baru untuk ekspor CPO. “Program B30 pemerintah untuk campuran BBM pun masih jauh dari realisasi “ ucap dia.
Baca Juga: Harga CPO diramal menguat di kuartal ketiga Sekadar informasi, sejak awal tahun hingga kemarin, harga saham LSIP sudah turun 15,2%. Harga saham SIMP turun 29,13%. Sedangkan harga saham AALI turun 15,64%. Harga saham SMAR hanya turun 0,74% sejak awal tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati