Emiten CPO masih tertekan di 2013



JAKARTA. Bisa jadi emiten yang bergerak di sektor perkebunan sawit adalah yang paling babak belur di 2012. Perlambatan ekonomi global membuat permintaan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) merosot. Akibatnya, harga CPO meredup sepanjang tahun.

Lihat saja, pekan kemarin, harga CPO untuk pengiriman Februari 2013 di Bursa Malaysia sempat terseret ke level terendah sejak 2009 menjadi RM 2.217 per ton.

Analis Kim Eng Securities, Pandu Anugrah dalam risetnya, mengatakan, harga jual CPO di kuartal terakhir tahun ini akan kembali jatuh. Dia memprediksi, dari rata-rata harga CPO senilai RM 2.725 per ton di kuartal III, nilai jual CPO akan anjlok di kisaran RM 2.100-RM 2.300 per ton pada kuartal IV.


Tentu permintaan yang surut ditambah harga jual rendah, membuat kinerja para emiten di sektor ini ikut anjlok. Pandu menghitung, laba bersih PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) akan longsor 16,6% dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,2 triliun di 2012 year on year (yoy). 

Sementara, analis Samuel Sekuritas, Joseph Pangaribuan dalam risetnya memprediksi, laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) akan turun sebesar 63,4% dari Rp 541 miliar menjadi Rp 331 miliar di 2012 yoy.

Meski kelesuan harga CPO diprediksi masih berlanjut di 2013, namun analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Yasmin Soulisa mengatakan, permintaan CPO akan meningkat cukup tajam pada semester II-2013. "Perbaikan ekonomi di sejumlah negara seperti China dan Amerika Serikat (AS) akan mengerek harga CPO," ujar dia.  

Perbesar produksi

Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza berpendapat, harga normal CPO di kisaran US$ 1.000 per ton. Sedang, harga CPO di Bursa Malaysia, Jumat (14/12), senilai US$ 671,75 per ton.

Oleh karena itu, kinerja emiten CPO diprediksi flat di paruh pertama 2013. Namun, jika  dihitung selama setahun, kinerja emiten CPO bisa melampaui tahun ini. 

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tergolong emiten yang mampu konsisten dalam urusan produksi pengolahan CPO. "Untuk menaikkan pendapatan, emiten harus memperbesar volume produksi pengolahan," ujar analis Trimegah Securities, William Simadiputra.

Sedangkan, PT BW Plantation Tbk (BWPT) akan tertolong oleh pelaksanaan cost reducting program untuk mengatasi kenaikan upah minimum 2013 di daerah. Berikut, rekomendasi para analis terhadap empat emiten perkebunan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini