Emiten di MNC Group mau rights issue, begini rekomendasi analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten yang bernaung di bawah MNC Group sedang gencar mencari tambahan dana segar. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) misalnya menyetujui keputusan penambahan modal melalui mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan menerbitkan 4,1 miliar saham. Saham itu nantinya akan dibandrol dengan nilai nominal Rp50,00.

Sedangkan PT MNC Investama Tbk (BHIT) akan menjadikan rights issue sebagai agenda pembahasan dalam RUPS yang akan diselenggarakan 28 April 2019 nanti. Sebelumnya, melalui mekanisme tersebut, salah satu unit usaha milik taipan Hary Tanoesoedibjo itu disebut akan melepas sejumlah 17,5 milliar melalui HMETD.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki memroyeksikan aksi rights issue bagi BHIT berpotensi baik secara fundamental, terutama bagi performa bottom line mereka. Berdasarkan data tersebut serta meninjau faktor fundamental emiten, dana yang diperoleh dari rights issue akan digunakan untuk membayar hutang jangka pendek. 


“Sehingga bila betul terealisasi maka beban bunga akan berkurang dan kinerja bottom line mereka akan meningkat”, papar Achmad ketika dihubungi Kontan.co.id (19/3).

Meski begitu, Achmad menganjurkan para investor untuk wait and see mengingat bottom line emiten ini masih minus hingga kuartal ketiga tahun 2018 lalu. “Faktor harga rights issue yang belum dirilis juga memengaruhi”, terang Achmad.

Menurutnya, rights issue akan berpotensi positif dan mendorong upside yang bisa diraih bila harga saham terealisasi di atas Rp 100.

Sedangkan untuk unit usaha MNC yang lain yaitu MNC Bank (BABP), proyeksi Achmad cenderung dovish. Menurutnya, selama harga berada di kisaran gocap atau Rp 50, emiten tersebut cenderung tidak menarik bagi investor. 

“Kecuali harga rights issue meroket jauh dan ada standby buyer yang menjamin saham itu terserap semua, maka mereka akan memiliki CAR yang relatif aman untuk menjalankan usahanya”, kata Achmad.

Sementara analis Panin Sekuritas William Hartanto juga cenderung dovish atas harga saham emiten tersebut bila mengacu pada rencana mereka melakukan rights issue. Menurutnya, mekanisme pembayaran hutang dengan right issue kurang bagus. “Karena mencerminkan ketidakmampuan emiten melunasi utangnya sendiri”, cetus William.

Menurutnya langkah yang diambil untuk menarik investor, bisa dengan menetapkan harga rights issue yang lebih rendah dari saham di pasar. Selain itu, menurunkan rasio saham baru dengan saham lama bisa menjadi cara yang lain untuk menarik minat investor. Meski begitu dirinya mengapresiasi emiten tersebut dari segi teknikal. 

“Melihat tren awal tahun hingga hari ini pergerakannya cukup uptrend yakni bergerak di kisaran Rp 90-120”, kata William.

Sedangkan untuk saham BABP, William melihat akan lebih baik bila investor melepasnya. Meski berpotensi menguat sangat tipis di kisaran Rp 56 hingga Rp 65 pasca rights issue, kenaikan itu hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. 

“Itu terjadi karena pasar terdorong kenaikan harga pasca right issue yang juga akan mendorong aksi jual. Setelah itu potensi kembali turunnya juga besar,” tutup William.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi