Emiten Farmasi dan Ritel Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menghadapi tantangan fluktuasi nilai tukar rupiah. Saat ini, nilai rupiah masih lemah dan berkisar di sekitar Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Jumat (7/6), rupiah ditutup menguat 0,42% ke Rp 16.195 per dolar AS. Sementara itu, nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,37% ke Rp 16.218 per dolar AS dari sehari sebelumnya yang berada di Rp 16.279 per dolar AS.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menyatakan bahwa fluktuasi rupiah ini dapat berdampak positif maupun negatif pada emiten. Emiten di sektor ritel dan konsumer, seperti Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang banyak mengimpor bahan baku, akan terkena dampak negatif.


Baca Juga: Terdampak Pelemahan Rupiah, Cermati Rekomendasi Saham KLBF, GJTL, LPKR dan ICBP

ICBP mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,35 triliun per 31 Maret 2024, turun 40,52% secara tahunan dari Rp 3,95 triliun. 

Namun, penjualan bersih ICBP pada kuartal I-2024 mencapai Rp 19,92 triliun, tumbuh 4,07% dari Rp 19,14 triliun pada kuartal I-2023. Penjualan mi instan menyumbang Rp 14,67 triliun, sementara segmen susu dan makanan ringan masing-masing menyumbang Rp 2,76 triliun dan Rp 1,16 triliun.

 
ICBP Chart by TradingView

“Secara kinerja kami melihat akan lebih tumbuh terbatas, mengingat rata-rata perusahaan juga melakukan ekspor yang mana dari sisi top line masih bisa terjaga,” ujar Azis kepada Kontan.co.id, Jumat (7/6).

Azis juga menambahkan bahwa emiten farmasi yang masih mengimpor bahan baku, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), juga akan terdampak pelemahan rupiah. 

Baca Juga: JP Morgan Kerek Rekomendasi Saham Astra International (ASII), Cermati Saran Analis

Meski demikian, Azis memprediksi kinerja KLBF masih berpotensi tumbuh positif, seiring dengan perolehan laba Rp 957,5 miliar pada kuartal I 2024, meningkat 11,8% dari Rp 855,7 miliar pada periode yang sama tahun 2023. 

Pendapatan neto KLBF pada kuartal I 2024 mencapai Rp 8,36 triliun, naik 6,3% dari Rp 7,86 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

Editor: Noverius Laoli