JAKARTA. Aksi penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias private placement kian marak. Sejumlah emiten siap menggelar aksi ini. Yakni, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Provident Agro Tbk (PALM), dan PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM).PWON, misalnya, akan merilis maksimal 4,81 miliar saham baru, setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga saham baru Rp 363 per saham, PWON bisa menggaet dana segar senilai Rp 1,74 triliun.Dana hasil aksi itu, akan digunakan PWON untuk mendanai ekspansi dan belanja modal. "Selain itu, private placement diharapkan akan meningkatkan likuiditas perdagangan," tulis manajemen PWON dalam keterangannya, Rabu (28/5). Sayang, siapa calon investor strategis dari aksi ini belum diungkapkan PWON.Awal Maret lalu, Ivy Wong, Direktur PWON menyatakan, PWON mematok belanja modal (capex) senilai Rp 1,7 triliun untuk mengembangkan proyek apartemen dan perkantoran. Dia berharap, marketing sales PWON tahun ini bisa mencapai sekitar Rp 3 triliun.Lewat aksi serupa, TOWR berniat menambah modal di anak usaha, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo akan membangun atau membeli menara telekomunikasi. Harga saham baru TOWR ini dibanderol seharga Rp 3.792. Dus, TOWR bakal meraup dana sekitar Rp 3,89 triliun jika merilis maksimal 10% saham.Sementara, BSIM yang akan merilis 1,31 miliar saham baru. Hasilnya, untuk menambah struktur permodalan dan keuangan. Berbeda dengan yang lain, PALM menggelar private placement demi mengonversikan utang anak usahanya kepada Deiyra Cayman Ltd senilai US$ 1,2 juta. Anak usaha PALM itu adalah PT Saban Sawit Subur, PT Surya Agro Persada, dan PT Mutiara Sawit Seluma. Lewat penerbitan saham baru sekitar 79,56 juta unit saham seharga Rp 420, potensi dana yang bisa diraup PALM mencapai Rp 33,4 miliar.Menanggapi aksi ini, Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities bilang, private placement memang menjadi cara cepat menggalang dana. Namun, investor perlu mencermati sejumlah hal.Pertama, akankah pendanaan dari aksi ini menyebabkan prospek fundamental emiten semakin bagus? Supriyadi mencontohkan PWON. Lantaran untuk ekspansi, tentu aksi PWON akan berdampak positif.Demikian juga dengan TOWR. "Sebenarnya emiten ini hanya butuh dana cepat, dan juga lebih mudah dibandingkan jika menerbitkan surat utang," jelas Supriyadi, Kamis (29/5). Kedua, cermati juga siapa investor strategis dalam private placement tersebut. Sebab, tak tertutup kemungkinan aksi private placement ini dimanfaatkan untuk backdoor listing oleh perusahaan lain. Padahal, belum tentu perusahaan lain tersebut akan membawa kinerja baik bagi emiten.
Emiten gelar aksi private placement
JAKARTA. Aksi penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias private placement kian marak. Sejumlah emiten siap menggelar aksi ini. Yakni, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Provident Agro Tbk (PALM), dan PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM).PWON, misalnya, akan merilis maksimal 4,81 miliar saham baru, setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga saham baru Rp 363 per saham, PWON bisa menggaet dana segar senilai Rp 1,74 triliun.Dana hasil aksi itu, akan digunakan PWON untuk mendanai ekspansi dan belanja modal. "Selain itu, private placement diharapkan akan meningkatkan likuiditas perdagangan," tulis manajemen PWON dalam keterangannya, Rabu (28/5). Sayang, siapa calon investor strategis dari aksi ini belum diungkapkan PWON.Awal Maret lalu, Ivy Wong, Direktur PWON menyatakan, PWON mematok belanja modal (capex) senilai Rp 1,7 triliun untuk mengembangkan proyek apartemen dan perkantoran. Dia berharap, marketing sales PWON tahun ini bisa mencapai sekitar Rp 3 triliun.Lewat aksi serupa, TOWR berniat menambah modal di anak usaha, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Protelindo akan membangun atau membeli menara telekomunikasi. Harga saham baru TOWR ini dibanderol seharga Rp 3.792. Dus, TOWR bakal meraup dana sekitar Rp 3,89 triliun jika merilis maksimal 10% saham.Sementara, BSIM yang akan merilis 1,31 miliar saham baru. Hasilnya, untuk menambah struktur permodalan dan keuangan. Berbeda dengan yang lain, PALM menggelar private placement demi mengonversikan utang anak usahanya kepada Deiyra Cayman Ltd senilai US$ 1,2 juta. Anak usaha PALM itu adalah PT Saban Sawit Subur, PT Surya Agro Persada, dan PT Mutiara Sawit Seluma. Lewat penerbitan saham baru sekitar 79,56 juta unit saham seharga Rp 420, potensi dana yang bisa diraup PALM mencapai Rp 33,4 miliar.Menanggapi aksi ini, Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities bilang, private placement memang menjadi cara cepat menggalang dana. Namun, investor perlu mencermati sejumlah hal.Pertama, akankah pendanaan dari aksi ini menyebabkan prospek fundamental emiten semakin bagus? Supriyadi mencontohkan PWON. Lantaran untuk ekspansi, tentu aksi PWON akan berdampak positif.Demikian juga dengan TOWR. "Sebenarnya emiten ini hanya butuh dana cepat, dan juga lebih mudah dibandingkan jika menerbitkan surat utang," jelas Supriyadi, Kamis (29/5). Kedua, cermati juga siapa investor strategis dalam private placement tersebut. Sebab, tak tertutup kemungkinan aksi private placement ini dimanfaatkan untuk backdoor listing oleh perusahaan lain. Padahal, belum tentu perusahaan lain tersebut akan membawa kinerja baik bagi emiten.