KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan evaluasi atas konstituen indeks LQ45 untuk periode November 2023–Januari 2024. Biasanya, BEI akan mengumumkan hasil evaluasinya di akhir bulan. Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai BUMI dan BRMS berpotensi masuk ke indeks LQ45 karena harga sahamnya mengalami kenaikan harga yang secara eksponensial dari Agustus–Oktober 2024. "Kenaikan harga saham BUMI dan BRMS juga dipengaruhi oleh kenaikan kinerja terutama dari sisi fundamental dan didorong oleh kenaikan harga komoditas dunia," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/10).
Misalnya, BUMI akan mendapat keuntungan dari kenaikan harga batubara. Belum lagi juga nanti para pelaku pasar akan menghadapi musim dingin atau
winter sehingga meningkatkan harga batubara.
Baca Juga: IHSG Anjlok ke 7.716 Hari Ini (24/10), BBCA, ASII, BRIS Paling Banyak Net Buy Asing BRMS juga mendapatkan angin berkah dari adanya kenaikan harga emas dunia. Selain itu, Nafan bilang BRMS juga termasuk dalam saham yang likuid atau aktif diperdagangkan. "BUMI dan BRMS juga aktif menjalankan ekspansi bisnis dan ini juga menjadi katalis positif dan mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Jadi sudah di-
priced-in oleh investor," kata dia. Dengan adanya kenaikan harga saham, otomatis kapitalisasi pasar alias
market cap BUMI dan BRMS juga meningkat. Hingga akhir perdagangan Kamis (24/10),
market cap BUMI mencapai Rp 54,21 triliun sementara BRMS sebesar Rp 51,33 triliun. Sementara, Senior Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Fath Aliansyah memproyeksikan saham emiten properti, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (
PANI) memiliki potensi untuk masuk ke indeks LQ45.
Baca Juga: IHSG di 7.787, Intip Posisi Saham Big Cap Sebelum Buka Pasar Kamis (24/10) Dia menilai PANI berpotensi menggeser posisi PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Pasalnya, secara fundamental emiten pengelola PIK 2 ini cukup kokoh dan memiliki likuiditas yang tinggi. "Kalau dilihat dari likuiditas dan kapitalisasi pasar kandidatnya adalah PANI dan fundamentalnya sejauh ini cukup bagus dan mengalami pertumbuhan," kata Fath. Sebagai gambaran, PANI telah mengamankan 60% target pra penjualan atau
marketing sales tahun ini sebesar Rp 5,5 triliun. Per semester I-2024, PANI membukukan
marketing sales sebesar Rp 3,3 triliun.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Tertekan, Pemangkasan Suku Bunga Bisa Jadi Katalis Positifnya Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai JPFA dan ADMR masih cukup layak dan berpotensi untuk kembali dipantau pada
rebalancing LQ45 di periode tiga bulan ke depan. Menurutnya, JPFA dan ADMR secara frekuensi transaksi, kinerja keuangan dan kapitalisasi pasar kedua saham ini cukup besar beberapa periode terakhir, free floatnya pun terbilang sudah memenuhi batas minimum.
Lebih lanjut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan
trading buy ADMR dengan target harga di Rp 1.480 per saham dan
hold untuk JPFA dengan target di Rp 1.715 per saham. Sementara, Nafan merekomendasikan
add BUMI dan BRMS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati