JAKARTA. Pamor emiten Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia mulai pudar. Satu per satu saham Grup Bakrie terpental dari kelompok LQ45, indeks paling likuid di BEI. Setelah Bumi Resources (BUMI) hengkang dari LQ45 pada awal tahun lalu, kini giliran saham Visi Media Asia (VIVA) yang tereliminasi dari LQ45. Dengan hengkangnya VIVA, tak ada lagi wakil Grup Bakrie yang masuk jajaran indeks terencer itu. VIVA tak dapat mempertahankan posisinya di LQ45 lantaran likuiditasnya terus menyusut mulai kuartal kedua. Lihat saja, kapitalisasi pasar VIVA merosot dari awal tahun sebesar Rp 5,5 triliun menjadi Rp 4,4 triliun. Bahkan, saham VIVA sempat menyentuh level terendah sepanjang tahun pada 21 Juli di Rp 203 per saham. Secara year to date (ytd), VIVA hanya memberikan return tipis 0,3%. Padahal, laba dan pendapatannya di semester I 2014 naik masing-masing 46,5% dan 133% menjadi Rp 1,05 triliun dan Rp 74,12 miliar.
Emiten Grup Bakrie terlempar dari indeks LQ45
JAKARTA. Pamor emiten Grup Bakrie di Bursa Efek Indonesia mulai pudar. Satu per satu saham Grup Bakrie terpental dari kelompok LQ45, indeks paling likuid di BEI. Setelah Bumi Resources (BUMI) hengkang dari LQ45 pada awal tahun lalu, kini giliran saham Visi Media Asia (VIVA) yang tereliminasi dari LQ45. Dengan hengkangnya VIVA, tak ada lagi wakil Grup Bakrie yang masuk jajaran indeks terencer itu. VIVA tak dapat mempertahankan posisinya di LQ45 lantaran likuiditasnya terus menyusut mulai kuartal kedua. Lihat saja, kapitalisasi pasar VIVA merosot dari awal tahun sebesar Rp 5,5 triliun menjadi Rp 4,4 triliun. Bahkan, saham VIVA sempat menyentuh level terendah sepanjang tahun pada 21 Juli di Rp 203 per saham. Secara year to date (ytd), VIVA hanya memberikan return tipis 0,3%. Padahal, laba dan pendapatannya di semester I 2014 naik masing-masing 46,5% dan 133% menjadi Rp 1,05 triliun dan Rp 74,12 miliar.