KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten grup konglomerasi berhasil mencatatkan kinerja prima sepanjang tahun lalu. Sejauh ini, emiten besutan Grup Sinarmas, Grup Salim, Triputra hingga Saratoga berhasil mencetak kinerja positif, meski memang belum semua emiten di konglomerasi ini merilis laporan keuangan. Di Grup Sinarmas misalnya, ada empat emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangan, yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (
INKP), PT Golden Energy Mines Tbk (
GEMS), PT Duta Pertiwi Tbk (
DUTI), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (
BSDE). INKP mencatatkan penjualan sebesar US$ 4 miliar hingga akhir 2022 atau naik 13,82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 3,5 miliar. Dari sisi
bottom line, INKP membekukan laba bersih sebesar US$ 857,51 juta pada 2022, naik 62,91% dibandingkan tahun sebelumnya pada 2021 sebesar US$ 526,36 juta.
Sementara emiten tambang batubara Sinarmas yakni GEMS kinerjanya juga tidak kalah solid. Pendapatan GEMS naik 84,14% menjadi US$ 2,91 miliar, dan laba bersih naik 95,5% menjadi US$ 680 juta.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Konglomerasi Rilis Laporan Keuangan, Mana yang Paling Moncer? Di grup Salim, ada tiga emiten yang sudah merilis laporan keuangan, yakni PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (
ROTI), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (
SIMP), dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (
LSIP). ROTI berhasil meraih laba bersih hingga Rp 432 miliar atau melesat 52,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. LSIP mencatat laba bersih sebesar Rp 1,04 triliun atau tumbuh tipis 4% dibanding tahun 2021. Sementara SIMP membukukan lonjakan laba sebesar 20,99% menjadi Rp 1,19 triliun pada akhir tahun lalu. Emiten besutan grup Triputra juga berhasil mencetak kinerja mentereng, dengan PT Triputra Agro Persada Tbk (
TAPG) dan PT PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG) kompak mencetak laba bersih. TAPG mencetak laba bersih mencapai Rp 3,09 triliun, melesat 158% secara tahunan, sementara DSNG mencatat perolehan laba tahun 2022 sebesar Rp 1,21 triliun, naik 63% dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ini Sederet Investor Individu yang Meraup Untung Besar dari Lonjakan Harga Saham CHIP Di Grup Saratoga, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) sama-sama membukukan kinerja solid sepanjang tahun lalu, yang didorong oleh kenaikan harga batubara dan juga kenaikan volume penjualan. ADRO misalnya, meraih laba bersih US$ 2,49 miliar pada tahun lalu, meroket 167,07% dibanding tahun 2021 senilai US$ 933,49 juta. Sementara ADMR meraih laba bersih senilai US$ 332,21 juta, melonjak 114,17% secara tahunan. Pada Grup besutan Djarum hanya PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang baru merilis laporan keuangan. Perbankan terbesar di Indonesia ini mencatatkan laba bersih Rp 40,7 triliun sepanjang 2022, meningkat 29,6% dibandingkan periode sebelumnya. Sejauh ini, grup konglomerasi di bawah naungan PT Astra International Tbk (
ASII) yang sudah seluruhnya melaporkan kinerja keuangan. Sejumlah anak usaha ASII seperti PT United Tractors Tbk (
UNTR), PT Astra Graphia Tbk (
ASGR), PT Astra Otoparts Tbk (
AUTO), membukukan kenaikan laba bersih. Hanya saja, PT Astra Agro Lestari Tbk (
AALI) mengalami penurunan laba sebesar 12,41% dan PT Acset Indonusa Tbk (
ACST) masih membukukan kerugian Rp 448,9 miliar pada 2022, turun dibanding Rp 695,54 miliar pada 2021.
Baca Juga: Pasar Saham Bergejolak, Waktunya Melirik Saham Defensif Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy menilai, ruang pertumbuhan ASII ke depan akan cukup terbatas. Ini menimbang kemungkinan melambatnya pertumbuhan penjualan mobil karena kenaikan suku bunga, tidak adanya insentif PPN, dan persaingan pasar yang lebih ketat. Lebih lanjut, kinerja segmen bisnis CPO, alat berat, dan batubara ASII juga diproyeksi akan menurun dibanding tahun lalu. Hanya saja, kenaikan pembayaran dividen dibandingkan periode sebelumnya dapat menjadi katalis jangka pendek untuk saham ASII. Oleh karena itu, Robertus menaikkan target harga untuk saham ASII menjadi Rp 6.500 dari sebelumnya Rp 5.900 namun dengan mempertahankan rekomendasi hold. Sementara analis Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan menyematkan
rating buy saham BBCA dengan target harga Rp 9.800 per saham. Bank swasta terbesar di Indonesia ini dinilai memiliki prospek yang cerah, sehingga Erni meningkatkan perkiraan
net interest margin (NIM) BBCA menjadi 6,0% sampai 6,1% dari sebelumnya hanya 5,5% sampai 5,6% untuk 2023 dan 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati