JAKARTA. Dalam beberapa pekan terakhir, harga jagung di pasar internasional merangkak naik. Kenaikan harga bisa berdampak pada biaya produksi pakan ternak. Oleh karena itu, emiten sektor poultry atau unggas seperti PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk (CPIN), Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), Malindo Feedmill Tbk (MAIN), dan Sierad Produce Tbk (SIPD) akan terkena imbasnya. Dessy Lapagu, analis BNI Securities menilai, kenaikan harga jagung tak bisa diterka. "Secara jangka pendek harganya fluktuatif," katanya. Namun, sejak awal tahun emiten poultry diuntungkan dengan penguatan mata uang rupiah. Sehingga meski harga jagung naik, biaya produksi masih bisa ditekan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun 2013. Tahun lalu, nilai tukar rupiah cenderung melemah. Namun, harga komoditas termasuk jagung lebih rendah dari awal tahun ini. "Kondisi terbalik, jadi biaya operasionalnya sama saja," kata analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe.