Emiten Jalan Tol Bersiap Jelang Nataru, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten jalan tol tengah bersiap menjelang masa libur panjang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025. Namun, masa liburan yang identik dengan peningkatan mobilitas tak serta merta menjadi sentimen positif ke pendapatan.

Hal ini lantaran tak semua aset jalan tol milik para emiten merupakan akses yang menghubungkan wilayah aglomerasi ke wilayah di luar kota besar.

Tengok saja, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) yang memiliki portofolio aset jalan tol dalam kota, seperti Tol Jakarta Intra Urban Toll Road (JIUT), Tol Waru Juanda, dan Tol Desari. 


Direktur Independen CMNP, Djoko Sapto mengatakan, penurunan lalu lintas harian (LHR) di tol dalam kota saat periode liburan bisa mencapai 50% dari hari kerja.

Baca Juga: Sambut Nataru, Jasa Marga (JSMR) Siapkan Jalur Contraflow Tol Japek Hingga 23 Km

“Namun, di Tol Cisumdawu dan Tol Soroja yang kebetulan merupakan tol akses ke luar kota juga akan mengalami kenaikan LHR sekitar 50% di periode liburan. Untuk Tol Cisumdawu bahkan bisa lebih dari 50% kenaikan LHR-nya,” ujarnya saat ditemui Kontan Selasa (10/12).

Untuk menghadapi periode Libur Nataru 2024/2025, CMNP akan memastikan kenyamanan pengguna jalan tol. Salah satunya adalah memastikan tidak ada proyek pembangunan selama masa periode libur Nataru 2024/2025.

“Kami juga akan menyediakan posko di sejumlah rest area selama periode libur Nataru. Kami juga berkoordinasi dengan pihak berwenang di daerah setempat untuk memastikan kelancaran lalu lintas di jalan tol,” ungkapnya.

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) juga memproyeksikan bakal mencatatkan penurunan LHR di aset jalan tol tipe urban milik perseroan, seperti Jalan Tol BSD Ruas Pondok Aren Serpong, Jalan Tol Makassar, dan JORR-1 (JLB).

Head of Corporate Communication & CSR META, Indah D.P. Pertiwi mengatakan, penurunan LHR di tol tipe urban nanti dikarenakan karakteristik lalu lintas commuter yang mobilitasnya menurun saat musim libur, khususnya pada sebelum dan setelah Nataru. 

“Puncak lalu lintas di tol tipe urban ini biasanya akan terjadi pada seminggu sebelum Natal,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/12).

Namun, untuk ruas tol seperti Jalan Layang MBZ dan Jalan Tol Trans Jawa justru cenderung mengalami peningkatan LHR sekitar 2%-3% dibandingkan kondisi normal. 

Puncak peningkatan traffic di momen Natal diproyeksikan terjadi pada tanggal 21 Desember 2024 dan puncak mudik Tahun Baru 2025 diproyeksikan terjadi di tanggal 28 Desember 2024.

Sedangkan, puncak balik Natal terjadi di tanggal 29 Desember 2024 dan puncak balik Tahun Baru 2025 terjadi di tanggal 1 Januari 2025. 

Baca Juga: Sepanjang 3.020 Km Jalan Tol Siap Digunakan pada Momen Nataru 2024/2025

“Untuk kesiapan di momen Nataru 2024/2025, kami akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan kelancaran dan kenyamanan pengguna jalan,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan KONTAN, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga telah menyiapkan skema contraflow selama periode arus mudik dan arus balik Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) di sejumlah ruas tol, seperti Jakarta-Cikampek (Japek) dan Jagorawi.  

Sesuai ketentuan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, bersama Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Kakorlantas tentang Pengaturan lalu-lintas serta penyeberangan selama angkutan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, lajur contraflow terpanjang akan ada di Tol Japek mencapai 23 kilometer (km).

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, kinerja keuangan emiten jalan tol per kuartal III 2024 secara total dari sisi pendapatan mengalami pertumbuhan, sedangkan dari sisi bottom line mengalami penurunan. 

Sebut saja, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 44,64% secara tahunan alias year on year (yoy) dan laba bersih turun 44,75% yoy per September 2024. 

Pendapatan CMNP turun 14% yoy dan laba bersih terkoreksi 2,51% yoy di akhir September. Sementara, pendapatan META turun 67,24% yoy, tetapi berhasil membalikan rugi Rp 156,86 miliar pada kuartal III 2023 menjadi laba bersih Rp 105,36 miliar per kuartal III 2024. 

Sukarno memproyeksikan, prospek kinerja emiten jalan tol di kuartal IV 2024 berpotensi lebih baik dari kuartal sebelumnya, dengan kinerja setahun alias full year berpeluang lebih baik dari tahun 2023. 

Sentimen positif datang dari peningkatan volume kendaraan, penyesuaian tarif, dan sentimen ekonomi makro, seperti potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) di waktu mendatang. 

Sedangkan, sentimen negatif bisa berasal dari kondisi inflasi dan kondisi suku bunga yang masih relatif tinggi. 

“Libur Nataru biasanya akan berdampak kenaikan volume kendaraan. Ini bisa berdampak pada peningkatan kinerja yang cukup signifikan dibandingkan hari biasa,” paparnya.

Melihat kinerja sejak awal tahun, pergerakan saham para emiten jalan tol juga tercatat masih macet. JSMR mencatatkan penurunan harga saham sebesar 8,42% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Tak jauh beda, harga saham CMNP sudah turun 16,52% YTD.

Menurut Sukarno, kinerja saham JSMR dan CMNP masih merah karena alasan kinerja yang tengah turun. Dari sisi teknikal juga dinilai tidak ada sentimen yang menopang kinerja saham para emiten. Misalnya saja, saham JSMR terkoreksi lantaran ada aksi profit taking karena sebelumnya harganya sudah naik tinggi di awal tahun 2024. 

“Setelah itu, potensi kinerja sahamnya untuk kembali menguat bisa terjadi, karena penurunan harga saat ini membuat valuasi menjadi lebih menarik,” paparnya.

Di sisi lain, META saat ini sebenarnya tengah dalam proses delisting sukarela dari Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah mendapat persetujuan dari RUPS Independen tanggal 19 Desember 2023. 

Masa perpanjangan Penawaran Tender Sukarela dalam rangka delisting itu dimulai pada tanggal 6 Desember 2024 hingga 5 Maret 2025.

META sudah menjalankan proses Penawaran Tender Sukarela selama 86 hari per 4 Desember 2024. Dalam periode itu, perseroan sudah membeli 3,79 juta saham dari total 4,10 juta saham yang menjadi objek dari Penawaran Tender Sukarela.

Terkait hal itu, Sukarno melihat, penyebabnya berasal dari investor yang masih wait and see dengan kinerja sektor jalan tol. Namun, meskipun nanti META sudah delisting, kinerja emiten di sektor ini tetap memiliki potensi untuk bisa tumbuh nantinya.

“JSMR dan CMNP juga bisa diuntungkan nantinya, karena pilihan investor untuk emiten sektor jalan tol akan berkurang,” tuturnya.

Sukarno pun merekomendasikan beli untuk JSMR dengan target harga Rp 5.200 per saham.

Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora melihat, kinerja saham JSMR yang masih ada di zona merah secara YTD disebabkan oleh aksi profit taking yang dilakukan oleh para pelaku pasar.

“Saham JSMR telah mengalami kenaikan dari tahun 2023 sampai April 2024,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/12).

Pada kuartal IV 2024, kinerja emiten jalan tol berpeluang untuk bertumbuh karena adanya libur akhir tahun. 

Sementara, pada semester I 2025 kinerja emiten jalan tol juga akan berpeluang naik, karena akan ada momen liburan Idul Fitri.

“Banyaknya hari libur sebenarnya berpeluang akan meningkatkan kinerja emiten jalan tol, khususnya JSMR,” paparnya.

Dari sisi teknikal, pergerakan saham emiten jalan tol, khususnya CMNP dan JSMR, masih ada di fase penurunan. Sehingga, Andhika masih menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu sampai muncul reversal.

Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana melihat, kinerja keuangan emiten jalan tol, khususnya CMNP dan JSMR, masih cukup menarik untuk dicermati, meskipun harga sahamnya masih tertekan secara YTD.

JSMR mencatatkan kenaikan trafik signifikan per kuartal III 2024, terutama dari ruas-ruas jalan tol baru seperti Tol Balikpapan-Samarinda dan Tol Serpong-Cinere. Ruas-ruas tol baru itu tercatat menyumbang pertumbuhan pendapatan lebih besar dibanding ruas lama.

Namun, tekanan pada beban operasional dan pembatasan kenaikan tarif tol menjadi tantangan utama bagi JSMR yang mencatatkan penurunan laba bersih di kuartal III 2024.

“Di sisi lain, CMNP mengalami penurunan saham sebesar 16,52% YTD karena kekhawatiran investor terhadap beban utang perusahaan di tengah tren suku bunga yang masih tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/12).

Prospek emiten jalan tol pada akhir tahun 2024 hingga tahun 2025 tetap positif. Hal ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga yang dapat menurunkan beban bunga dan meningkatkan margin keuntungan. 

Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) diperkirakan menjadi pendorong kuat, mengingat lonjakan mobilitas masyarakat yang akan meningkatkan volume trafik, meskipun tak semua emiten menikmati berkah ini.

Sentimen lain yang mendukung kinerja emiten jalan tol adalah rencana penyesuaian tarif tol lebih lanjut dan kontribusi dari proyek jalan tol baru. 

“Namun, risiko dari perlambatan ekonomi global dan inflasi tetap perlu diperhatikan. Selain itu, tekanan dari aksi korporasi seperti delisting META juga menambah ketidakpastian di sektor ini,” ungkapnya.

Hendra melihat, jadwal delisting sukarela META yang jadwalnya diundur bisa jadi terkait dengan kesiapan teknis atau strategi perusahaan dalam proses ini. 

Selanjutnya: Transaksi Kripto di Indonesia Melonjak 352% hingga Oktober 2024

Menarik Dibaca: Hujan Turun Merata di Siang Hari, Ini Prediksi Cuaca Besok (14/12) di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi