KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengelola jalan tol mulai mencari instrumen alternatif untuk mendanai proyek. Beberapa skema pendanaan, seperti sekuritisasi aset dan reksadana penyertaan terbatas (RDPT), menjadi pilihan. Waskita Karya (WSKT) dan Jasa Marga (JSMR) memanfaatkan alternatif pendanaan tersebut untuk membiayai proyeknya. Memang, persoalan pendanaan masih menjadi pekerjaan rumah bagi emiten infrastruktur. Direktur Keuangan JSMR Donny Arsal menyatakan, pendanaan lewat kontrak investasi kolektif (KIK) Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) menjadi inisiatif berikutnya yang akan ditempuh JSMR. Sebelumnya, JSMR menempuh inisiatif pendanaan berupa sekuritisasi aset jalan tol dan
project bonds. JSMR juga masih punya ruang pendanaan dari bank hingga Rp 20 triliun yang bisa dipakai kapan saja. “Kami akan melihat mana yang paling bermanfaat bagi perusahaan,” kata Donny, kemarin. Lewat RDPT, JSMR akan mengurangi kepemilikan saham di tiga entitas anak. Ketiganya adalah PT Ngawi Kertosono Jaya (NKJ), PT Jasamarga Semarang Batang (JSB) dan PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN). Sebagian saham anak usaha tersebut akan dilepas. Dari divestasi ini, JSMR mengincar dana Rp 3 triliun. Selain meraih pendanaan, JSMR tengah memproses
rebalacing capital structure. “Kami juga sudah punya program
buyback dalam lima tahun,” lanjut Donny.
Rebalancing capital structure tersebut memang dilakukan lewat divestasi. Donny bilang akan mengurangi kepemilikan sebesar 70%-90% jadi sekitar 51%-55%. Dana hasil divestasi ini kemudian diputar kembali pada proyek lain. JSMR juga tengah bernegosiasi dengan pihak perbankan untuk menurunkan bunga, baik di level
project maupun
corporate. ”Keuntungannya ekuitas akan menguat, sehingga mengurangi ketergantungan dengan dana pinjaman,” imbuh dia. JSMR sudah merilis sekuritisasi aset, obligasi proyek dan obligasi global berdenominasi rupiah. Emiten konstruksi, WSKT juga menggunakan skema RDPT untuk melego ruas jalan tol. WSKT kemarin mengumumkan telah mengantongi dana hasil divestasi ruas jalan tol senilai Rp 5 triliun lewat RDPT. Dalam penerbitan RDPT itu, anak usaha WSKT, Waskita Toll Road (WTR) bekerjasama dengan Danareksa Investment Management (DIM). Bukan hanya itu, WSKT menargetkan divestasi tiga ruas jalan tol lain senilai Rp 2,5 triliun. Seluruh proses divestasi ditargetkan selesai Juni 2018.
Vice President Research Departement Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai, strategi pendanaan emiten tersebut cukup positif. “Apakah lewat skema ini tercukupi, kembali ke emiten. Peruntukan dana juga penting,” kata dia ke KONTAN, kemarin. Kebutuhan infrastruktur di Indonesia masih cukup besar. Pemerintah juga dinilai akan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Sehingga peluang pertumbuhan masih tetap ada. “Kinerja emiten bukan hanya dilihat dari laporan keuangan. Namun juga bagaimana hasil kerja riil proyek infrastruktur di lapangan,” lanjut William.
Terkait produk RDPT, dari sisi investor dia melihat
yield dalam bentuk reksadana belum terlalu menjanjikan. Akan tetapi, investor bisa mempertimbangkan. Lantaran untuk infrastruktur, maka skema ini dinilai menjanjikan dalam jangka panjang. “Lihat juga bagaimana strategi dari perusahaan,” kata William. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan, pendanaan ini bisa menjadi sentimen positif bagi emiten. Hal ini akan mengurangi beban aset JSMR. Dia menilai KIK-EBA juga salah satu alternatif pendanaan. “Biasanya menjanjikan
yield menarik bagi investor,” tambah dia. Investor institusi seperti dana pensiun maupun asuransi tertarik dengan instrumen tersebut. Selain untuk jangka panjang, tawaran
yield-nya masih dinilai lebih besar dibanding instrumen lain. “Risiko memang tetap ada, yang penting ada harapan
return yang pasti,” ujar Nafan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati