JAKARTA. Tahun ini, emiten pengembang lahan industri bisa sedikit tersenyum, setelah di tahun lalu kinerjanya cukup melempem. Pemicunya adalah, rencana pemerintah membangun 13 kawasan industri baru. Diharapkan, 13 kawasan industri di luar pulau Jawa. Pemerintah juga ingin konsep
one city one factory. Emiten kawasan industri memang telah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi. Jika PT Kawasan Industri Jababeka, Tbk (KIJA) memiliki mimpi mengembangkan 100 kota baru di setiap provinsi Indonesia, emiten lain sepertinya masih fokus ekspansi di kota yang menjadi target.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) misalnya, mengaku masih fokus mengembangkan lahan industri di Subang Jawa barat. "Rencana pemerintah itu bagus. Tapi kalau mau menyasar proyek pemerintah harus siap belanja modal dan harus melihat juga balance perusahaan. Jadi, kami belum melihat ke arah itu, kami masih fokus membebaskan lahan di Subang," tutur Erlin Budiman, Head of Investor Relation SSIA, Kamis (4/1). SSIA terbilang rajin menambah landbank. Sejak tahun lalu, SSIA telah mengantongi izin lokasi lahan industri baru di Subang seluas 2.000 hektare (ha). Hingga Januari ini, SSIA sudah membebaskan 100 hektare (ha), dari target pembebasan lahan setahun mencapai 500 ha. SSIA cukup yakin, penjualan lahan industri tahun ini naik sekitar 163% menjadi 60 ha di tahun ini, dari tahun lalu 22,8 ha. Penjualan paling besar dari lahan industri Surya Cipta Swadaya di Karawang. "Itu fase II," ujar Erlin PT Intiland Development, Tbk (DILD) juga belum siap ekspansi ke luar pulau Jawa. Menurut Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi DILD, Archied Noto Pradono, pihaknya masih fokus mengembangkan kawasan industri di Ngoro Industrial Park (NIP), Mojokerto seluas 500 ha. DILD juga akan memperluas bisnis kawasan industri di Jawa Timur, yakni Jombang dan Demak.
Sementara PT Modernland Realty Tbk (MDLN) sedang fokus di Jakarta dan Cikande, Banten. Kini, MDLN memiliki land bank seluas 1.280 ha. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, rencana pemerintah itu mengangkat prospek emiten kawasan industri. Respons pemerintah yang memberi kemudahan dengan membangun infrastruktur logistik menjadi poin sendiri. "Selama ini biaya logistik mahal. Jika pemerintah ikut bangun prospek akan bagus," ujar dia. Menurut Hans, pembangunan kawasan industri menjanjikan di bagian Timur. Selama ini produk-produk di wilayah Timur didatangkan dari Jawa sehingga harganya mahal. Hans merekomendasikan saham LPCK di Rp 12.000 dan MDLN di Rp 600. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa