Emiten Kawasan Industri Optimis Bisnis Meningkat Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kawasan industri optimis bisnis pengembangan dan pengelolaan kawasan industri akan meningkat. Pelaku bisnis sedang menunggu para investor membenamkan investasi setelah hajatan Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pemilihan Presiden (Pilpres) selesai dilaksanakan. 

Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI), Sanny Iskandar mengatakan, prospek bisnis kawasan industri di tahun ini akan baik dengan catatan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pilpres berjalan dengan aman dan kondusif sehingga tidak menimbulkan gejolak.

"Para investor yang selama ini sudah datang namun belum mengambil keputusan (wait and see) untuk eksekusi pembelian lahan akan melihat kondisi setelah Pemilu," kata Sanny kepada KONTAN, Minggu (11/2).


Baca Juga: Daya Beli Kelas Menengah Tertekan, Perlu Dukungan dari Pemerintah

Sanny menekankan agar bisnis kawasan industri ini moncer, diperlukan kepastian hukum dan regulasi bagi para investor supaya transparansi dalam pelaksanaannya tidak tumpang tindih serta konsisten menerapkan aturan yang telah dikeluarkan.

Ia memandang kawasan industri masih memiliki ruang untuk tumbuh optimal dengan perkiraan kinerja penjualan lahan di kawasan industri Indonesia bisa tumbuh kurang lebih sama dengan tahun 2023.

Lebih lanjut, Sunny menyampaikan tenant-tenant di kawasan industri nasional kemungkinan besar tetap didominasi oleh investor asing, walau bukan mustahil investor lokal juga akan lebih gencar berekspansi dengan memanfaatkan kawasan industri.

Dari sisi pelaku usaha, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) optimis target marketing sales atau prapenjualan Rp 1,81 triliun pada tahun ini bisa tercapai. Emiten pengembang kawasan terpadu Kota Deltamas ini mengandalkan kontribusi utama dari target prapenjualan masih berasal dari penjualan lahan sektor industri.

"Kami tetap optimis bahwa tahun ini tetap baik dan target kami akan tercapai," kata Tondy Suwanto, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DMAS kepada KONTAN, Senin (12/2).

Tondy menuturkan, pertimbangan target prapenjualan itu antara lain menjadi target konservatif yang moderat dan mempertimbangkan hal lain seperti tingkat pertumbuhan ekonomi nasional dan situasi geopolitik dunia.

Menurut dia, awal tahun 2024 masih terdapat permintaan lahan yang cukup besar. Di pipeline DMAS  masih ada 90 hektar permintaan lahan yang menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan target prapenjualan 2024.

Adapun, permintaan lahan di awal tahun 2024 ini didominasi oleh segmen data center. Berkembangnya teknologi informasi, transformasi digital, dan meningkatnya penetrasi internet sejalan dengan pertumbuhan aplikasi pada smart devices, adanya ekspansi telekomunikasi broadband seperti 4G, 5G, FTTH, dan Internet of Things, serta booming dan euphoria pemanfaatan big data dan AI, merupakan faktor pendorong tingginya kebutuhan akan data center.

Ia menambahkan, di awal tahun 2024 selain segmen data center, terdapat permintaan dari segmen industri lain seperti industri terkait otomotif, FMCG, industri chemical, dan industri lainnya. Permintaan pada sektor hunian dan sektor komersial juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan industri di Kota Deltamas.

Sementara itu, emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) menargetkan total marketing sales 2024 di kisaran Rp 2 triliun. Sekretaris Perusahaan DILD Theresia Rustandi mengatakan, target ini mencakup semua portfolio, termasuk penjualan lahan industri.

"Untuk mencapai target, kami terus mempersiapkan B sebagai kawasan industri yang ideal untuk berbagai jenis sektor industri," kata Theresia kepada KONTAN, Senin (12/2).

Tahun ini, DILD fokus meningkatkan penjualan stok unit atau inventori dari proyek existing khususnya di segmen rumah tapak dan kawasan industri. DILD juga meningkatkan penjualan stok, terutama unit apartemen siap huni seperti Regatta, 1Park Avenue, Fifty Seven Promenade, SQ Res, juga di Surabaya ada Apartemen Praxis, The Rosebay, dan Spazio Tower.

Theresia menilai tantangan bisnis lahan industri banyak terpengaruh dengan kondisi ekonomi global yang fluktuatif dan kondisi geopolitik. Kondisi ekonomi global yang tidak stabil dapat mempengaruhi investasi dalam industri manufaktur

"Begitu pun dengan ketidakpastian geopolitik yang mempengaruhi arus perdagangan dan investasi global," tutup Theresia.

Baca Juga: Sektor Hotel dan Restoran di Bali Jadi Lokasi Favorit Investor Asing

Emiten pengembang kawasan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) optimis penyerapan lahan akan tetap tumbuh di tahun 2024 di tengah berbagai tantangan, terutama sentimen tahun politik yang membuat investor memilih untuk menahan investasi dan adanya risiko geopolitik.

Sekretaris Perusahaan KIJA Mulyadi Suganda mengatakan, hingga saat ini pihaknya melihat bahwa potensi gangguan dari tahun politik belum terlihat dan nampaknya akan tetap berjalan aman untuk permintaan kawasan industri.

"Dengan bekal prospek dan pipeline yang ada hingga saat ini, kami yakin penyerapan lahan kawasan industri akan tetap baik di tahun ini," ungkapnya kepada KONTAN, Senin (12/2).

PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) belum bisa membuka target prapenjualannya di tahun ini. Head of Investor Relations Bekasi Fajar, Seri mengatakan di tahun ini strategi masih berfokus dengan penjualan tanah industri sebagai core bisnis perusahaan.

"Kami juga tetap mengembangkan fasilitas yang dibutuhkan pasar saat ini," tutur Seri kepada KONTAN, Senin (12/2).

Ia menambahkan, bisnis kawasan industri masih bisa berkembang karena erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, banyak industri-industri baru yang lebih inovatif yang berkembang, seperti data center dan ekosistem kendaraan listrik yang membutuhkan lahan di kawasan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .