Emiten Kebun Masih Tertekan Harga CPO



JAKARTA. Pelemahan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih menjadi momok emiten sektor perkebunan. Gara-gara harga CPO yang  masih melemah, kinerja emiten perkebunan sawit banyak yang terjungkal.

Namun, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), masih bernasib mujur. Emiten perkebunan milik Grup Triputra ini, masih bisa membukukan kenaikan laba bersih meski cuma tipis. Laba laba komprehensif DSNG yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di semester pertama 2013 naik 5,65% menjadi Rp 108,9 miliar. Sebagai perbandingan, di periode sama tahun lalu, DSNG meraih laba bersih Rp 103,1 miliar.

Padahal, dari sisi pendapatan, emiten yang baru tercatat di Bursa Efek Indoensia (BEI) 24 Juni 2013 tersebut, justru sedang stagnan. Penjualan bersih DSNG  di medio 2013 mencapai Rp 1,70 triliun, sama dengan periode tahun lalu.


Namun meski penjualannya stagnan, pertumbuhan produksi dan volume penjualan CPO DSNG naik cukup signifikan. Sepanjang enam bulan pertama di 2013, produksi CPO DSNG naik 31,1%  menjadi 145.397 ton. Sedangkan, penjualan CPO meningkat 30,5% menjadi 147,693 ton.

Produksi tandan buah segar (TBS) juga naik 555.570 ton atau lebih tinggi 28%. Sementara, TBS yang diproses naik 35% menjadi 600.350 ton.

Direktur Utama DSNG, Djojo Boentoro, mengatakan, peningkatan produksi TBS lebih disebabkan karena peningkatan jumlah luas area tanam yang masuk masa mature. Hingga Juni 2013, total tanaman yang mature tumbuh 14,49% dari 42.333 hektare (ha) menjadi 48.470 ha. Begitu juga produktivitas TBS per ha yang naik 9% menjadi 11,9 ton per ha.

Karena pertumbuhan produksi dan volume penjualan, DSNG masih bisa mendulang kenaikan laba bersih. Selain itu, Wakil Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo bilang, pertumbuhan laba disebabkan efisensi yang dijalankan perusahaan. Beban pokok penjualan CPO DSNG turun 8,4% menjadi Rp 4,3 juta per ton CPO di semester I 2013.

Nasib berbeda dialami PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT). Emiten yang listing di bursa sejak 8 Mei 2013 ini, hanya mampu mencatatkan laba bersih yang bisa diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebanyak US$ 8,73 juta per Juni 2013. Laba ini turun hingga 88,12% ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 73,46 juta.

Dalam laporan keuangan yang dirilis, kemarin, pendapatan ANJT turun cukup besar. Per Juni 2013, ANJT hanya meraup pendapatan US$ 75,35 juta atau turun 16,75% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 90,51 juta. Tampaknya, emiten milik keluarga Julius Tahija ini tak kuasa membendung efek penurunan harga komoditas CPO, sehingga pendapatannya turun.

DSNG tetap ekspansif

Meski harga CPO masih buram, tak membuat DSNG mengerem rencana ekspansi. DSNG tetap agresif melakukan penanaman baru. Kata Djojo, penanaman di lahan baru yang dicapai sepanjang Januari-Juni 2013 mencapai luas 4.195 ha. Jumlah ini naik 116% dibandingkan tahun 2012.

Akibat penambahan tersebut, jumlah areal tanam DSNG sudah mencapai 65.247 ha. "Ekspansi yang  dilakukan perseroan masih sesuai yang dijadwalkan, ujar Djojo dalam laporan keuangan yang dirilis, kemarin (2/8).

Hingga akhir 2013, DSNG menargetkan penanaman di lahan baru menjadi 8.000 ha,  terdiri dari 4.200 ha di lahan inti dan 3.800 ha di lahan plasma. Pada semester I-2013, kontribusi bisnis CPO  mencapai sekitar Rp 1 triliun atau 60% dari total penjualan DSNG. Sementara, sisanya disumbang bisnis kayu.

Kemarin, harga saham DSNG stagnan di Rp 1.840. Sedangkan, harga ANJT naik 0,78% menjadi Rp 1.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo