KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun politik ini, analis melihat emiten konglomerasi yang bergerak di sektor barang konsumsi dan properti punya prospek bagus. Sejumlah emiten konglomerasi telah merilis kinerja keuangan tahun 2017. Grup Astra misalnya, mencatat pertumbuhan laba yang cukup ciamik. Rata-rata enam emiten anak usaha Astra mencatat kenaikan laba 53,02% year on year (yoy) di 2017. Untuk tahun 2018, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali memprediksikan grup konglomerasi Sinarmas dan Salim lah yang punya prospek bagus. Pasalnya , portofolio dua grup tersebut di Indonesia terkait dengan sektor barang konsumsi dan properti high end. “Kedua industri ini dalam masa recovery,” tutur Frederik, Senin (19/3). Untuk Astra sendiri, Frederik bilang akan bergantung pada permintaan otomotif. Sejauh ini, Frederik melihat adanya perubahan di sektor otomotif, terutama roda empat. Ada banyak pemain baru serta ada perubahan kebiasaan konsumen. Permintaan otomotif menurutnya lebih tergantung pada ekspnsi bisnis. “Kalau di tahun ini konsumsi baru mulai pulih, ekspansi bisa saja tidak bersamaan dengan pemulihan tersebut,” tambah Frederik. Tak jauh beda, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee bilang, jelang tahun politik seharusnya bisnis sektor barang konsumsi dan properti bisa membaik. Hans juga percaya bahwa permintaan otomotif juga masih akan aman. Karena itu, ia merekomendasikan investor untuk melirik saham-saham di grup Astra dan Salim. Frederik menambahkan, sebelum investor memilih untuk masuk ke saham emiten konglomerasi, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan. Pertama, seberapa rutin emiten tersebut membagikan dividen. Kedua, pahami pula cara berbisnisnya. “Perhatikan bagaimana perusahaan di bawah konglomerasi bisa bersinergi satu sama lain,” ujar Frederik. Lalu, menurutnya pencapaian manajemen juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, seberapa besar serapan tenaga kerja dan seberapa jauh konglomerasi tersebut bisa melatih sumber daya manusia dalam negeri untuk lebih kompetitif. Terakhir, perhatikan intensitas aksi korporasi yang dilakukan oleh anggota konglomerasi. Terutama aksi korporasi terkait merger dan akuisisi. Melihat masing-masing saham anggota konglomerasi saat ini, Frederik merekomendasikan investor untuk beli saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Hal ini mengingat price to earning ratio (PER) masing-masing saham emiten tersebut. Catatan Frederik, ASII saat ini ditransaksikan pada PER 15,9 kali. PER ini di bawah rata-rata P/E band selama 5 tahun yakni 17 kali. Sementara itu, BSDE ditransaksikan di PER 6,92 kali, juga berada di bawah P/E band band dengan standar deviasi -1 untuk 5 tahun ke belakang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Emiten konglomerasi sektor properti dan konsumer jadi jagoan analis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tahun politik ini, analis melihat emiten konglomerasi yang bergerak di sektor barang konsumsi dan properti punya prospek bagus. Sejumlah emiten konglomerasi telah merilis kinerja keuangan tahun 2017. Grup Astra misalnya, mencatat pertumbuhan laba yang cukup ciamik. Rata-rata enam emiten anak usaha Astra mencatat kenaikan laba 53,02% year on year (yoy) di 2017. Untuk tahun 2018, Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali memprediksikan grup konglomerasi Sinarmas dan Salim lah yang punya prospek bagus. Pasalnya , portofolio dua grup tersebut di Indonesia terkait dengan sektor barang konsumsi dan properti high end. “Kedua industri ini dalam masa recovery,” tutur Frederik, Senin (19/3). Untuk Astra sendiri, Frederik bilang akan bergantung pada permintaan otomotif. Sejauh ini, Frederik melihat adanya perubahan di sektor otomotif, terutama roda empat. Ada banyak pemain baru serta ada perubahan kebiasaan konsumen. Permintaan otomotif menurutnya lebih tergantung pada ekspnsi bisnis. “Kalau di tahun ini konsumsi baru mulai pulih, ekspansi bisa saja tidak bersamaan dengan pemulihan tersebut,” tambah Frederik. Tak jauh beda, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee bilang, jelang tahun politik seharusnya bisnis sektor barang konsumsi dan properti bisa membaik. Hans juga percaya bahwa permintaan otomotif juga masih akan aman. Karena itu, ia merekomendasikan investor untuk melirik saham-saham di grup Astra dan Salim. Frederik menambahkan, sebelum investor memilih untuk masuk ke saham emiten konglomerasi, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan. Pertama, seberapa rutin emiten tersebut membagikan dividen. Kedua, pahami pula cara berbisnisnya. “Perhatikan bagaimana perusahaan di bawah konglomerasi bisa bersinergi satu sama lain,” ujar Frederik. Lalu, menurutnya pencapaian manajemen juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, seberapa besar serapan tenaga kerja dan seberapa jauh konglomerasi tersebut bisa melatih sumber daya manusia dalam negeri untuk lebih kompetitif. Terakhir, perhatikan intensitas aksi korporasi yang dilakukan oleh anggota konglomerasi. Terutama aksi korporasi terkait merger dan akuisisi. Melihat masing-masing saham anggota konglomerasi saat ini, Frederik merekomendasikan investor untuk beli saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Hal ini mengingat price to earning ratio (PER) masing-masing saham emiten tersebut. Catatan Frederik, ASII saat ini ditransaksikan pada PER 15,9 kali. PER ini di bawah rata-rata P/E band selama 5 tahun yakni 17 kali. Sementara itu, BSDE ditransaksikan di PER 6,92 kali, juga berada di bawah P/E band band dengan standar deviasi -1 untuk 5 tahun ke belakang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News