Emiten Konstruksi Catat Kinerja Beragam pada Semester I, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja masing-masing emiten konstruksi selama semester I 2023 masih beragam. Senior Information Investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, sejumlah emiten konstruksi mencatatkan kinerja yang cukup baik.

“Secara bottomline, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mencatatkan kinerja pertumbuhan laba bersih yang baik di kuartal I 2023,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (16/7).

Meskipun laporan keuangan kuartal II 2023 belum rilis, Nafan melihat, kinerja emiten konstruksi di semester I bisa dilihat dari cerminan kinerja keuangan mereka di kuartal I. Sebab, kondisi fundamental emiten konstruksi di kuartal II dilihat tidak berbeda jauh dengan kuartal I kemarin.


Di sisi lain, beberapa emiten konstruksi masih mencatatkan kinerja yang kurang baik. Misalnya, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) yang masih mencatatkan netloss di kuartal I 2023.

Baca Juga: Punya Prospek Cerah di Semester II-2023, Simak Rekomendasi Saham Sektor Perbankan

“Dari sisi liabilitas pun WIKA dan WSKT di kuartal I juga masih lebih tinggi daripada ADHI dan PTPP,” tuturnya.

Nafan mengatakan, sentimennya penggerak kinerja emiten konstruksi di semester I berkaitan dengan perolehan kontrak proyek strategis nasional, termasuk untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

Menurut Nafan, emiten konstruksi BUMN alias BUMN Karya memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan IKN.

“Proyek IKN bisa menaikkan kinerja BUMN Karya. Namun, proyek ini masih berkesinambungan dan progresnya masih panjang sampai 2045,” ungkapnya.

Menurut Nafan, kinerja emiten di semester I juga berkaitan dengan perolehan kontrak kerja. Emiten yang memiliki kontrak kerja yang tinggi secara relatif akan memiliki kinerja yang cukup baik.

Misalnya, PTPP berhasil mencatatkan perolehan kontrak baru sampai dengan akhir Juni 2023 sebesar Rp 11,62 triliun. Perolehan kontrak baru ini tumbuh 6,31% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (year on year/YoY) sebesar Rp 10,93 triliun.

Selain itu, pergerakan suku bunga juga berpengaruh terhadap kinerja emiten konstruksi di sepanjang tahun 2023, baik itu Fed Rate maupun suku bunga Bank Indonesia (BI).

Baca Juga: Saham Lapis Kedua Berhasil Cetak Cuan hingga Ratusan Persen, Menarik untuk Dilirik?

Namun, BI saat ini tidak berniat akan mengubah suku bunganya lagi hingga akhir tahun 2023, sesuai dengan kebijakan pro growth dan pro stability.

“Jika The Fed pivot dan suku bunga Amerika Serikat (AS) turun, emiten konstruksi kinerjanya bisa membaik,” tuturnya.

Nafan pun merekomendasikan accumulate untuk ADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 505 – Rp 3.610 dan Rp 660 – Rp 740 per saham.

 
ADHI Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi