Emiten Konsumer Bisa Terdampak Konflik Rusia-Ukraina, Begini Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten konsumer dalam negeri bisa turut terpengaruh oleh konflik antara Rusia dan Ukraina. Natalia Susanto Analis BRI Danareksa Sekuritas mengatakan, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina bisa mengganggu rantai pasokan pangan global.

“Fluktuasi harga komoditas mungkin menimbulkan risiko penurunan pada margin perusahaan konsumen dan memperpanjang pemulihan kinerja pendapatan,” paparnya dalam riset, Jumat (25/2).

Ia menambahkan, eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina akan berdampak negatif terhadap rantai pasokan komoditas seperti jagung, gandum, barley, dan logam seperti tembaga dan nikel. Gangguan dalam rantai pasokan komoditas tersebut kemungkinan akan mendongkrak harga pangan.


Natalia menuliskan, kedua negara tersebut menyumbang sekitar 29% pasar ekspor gandum dunia. Meskipun musim panen tingal hitungan bulan lagi, konflik berkepanjangan akan menciptakan kekurangan komoditas tersebut dan harga yang lebih tinggi.

Baca Juga: Penjualan Ace Hardware (ACES) Lesu di Awal Tahun, Berikut Rekomendasi Analis

Gandum berjangka telah melonjak 12% Ytd sementara jagung berjangka juga melonjak 14,5% Ytd.

Berdasarkan data BPS, Indonesia merupakan negara importir gandum. Pada tahun 2020, Indonesia mengimpor 10,2 juta ton. Australia, Kanada, Ukraina, dan Argentina adalah pengekspor gandum terbesar ke Indonesia.

Ia mencermati, emiten PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan eksposur biaya ke gandum impor.

“Kami memperkirakan bahwa gandum memberikan kontribusi 16% untuk COGS MYOR, sedangkan untuk ICBP angkanya sekitar 15%,” tambahnya.

Lebih lanjut, Natalia menjelaskan perubahan harga gandum, susu, CPO dan minyak mentah akan berdampak negatif terhadap pendapatan sejumlah perusahaan konsumen.

Baca Juga: Kinerja Ciamik, Simak Rekomendasi Saham Astra (ASII)

Berdasarkan analisisnya, INDF tidak terlalu terpengaruh oleh pergerakan harga CPO karena divisi agribisnisnya sebagian mengimbangi penurunan ICBP. Namun, Natalia mencatat dampak negatif dari harga gandum yang lebih tinggi.

BRI Danareksa Sekuritas memberikan rekomendasi netral untuk saham-saham emiten barang konsumsi. Beberapa perusahaan juga telah menaikkan harga jual rata-rata dimana 5-8% untuk MYOR, ICBP dengan kenaikan 3%-4%, dan 5-6% UNVR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi