KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen negatif membayangi emiten-emiten Lippo Group. Tahun lalu, emiten peritelĀ Lippo Group harus menghadapi pelemahan daya beli yang menggerus pendapatan perusahaan. Tak hanya itu, pelemahan sektor properti juga menyebabkan kinerja emiten properti, seperti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) terseok-seok. Tahun ini, sentimen negatif kembali menerpa properti Lippo Group, apalagi setelah Fitch menurunkan rating surat utang LPKR menjadi B+ dari sebelumnya BB-. Penurunan rating tersebut mencerminkan penurunan arus kas yang signifikan dari penjualan properti Meikarta. Itu terjadi seiring adanya keputusan strategis perusahaan untuk mendivestasikan saham substansial dalam proyek flagship LPKR yang dipegang oleh perusahaan lewat LPCK. Fitch, dalam keterangannya juga menyebut, pada 31 Januari 2018, Lippo menyatakan bahwa PT Mahkota Sentosa Utama, yang merupakan anak usaha LPCK yang membawahi Meikarta menerima uang muka penjualan saham sebesar Rp 2,5 triliun dari investor eksternal, yang merupakan bagian dari total penjualan proyek sebesar Rp 4 triliun.
Emiten Lippo Group dibayangi isu negatif
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen negatif membayangi emiten-emiten Lippo Group. Tahun lalu, emiten peritelĀ Lippo Group harus menghadapi pelemahan daya beli yang menggerus pendapatan perusahaan. Tak hanya itu, pelemahan sektor properti juga menyebabkan kinerja emiten properti, seperti PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) terseok-seok. Tahun ini, sentimen negatif kembali menerpa properti Lippo Group, apalagi setelah Fitch menurunkan rating surat utang LPKR menjadi B+ dari sebelumnya BB-. Penurunan rating tersebut mencerminkan penurunan arus kas yang signifikan dari penjualan properti Meikarta. Itu terjadi seiring adanya keputusan strategis perusahaan untuk mendivestasikan saham substansial dalam proyek flagship LPKR yang dipegang oleh perusahaan lewat LPCK. Fitch, dalam keterangannya juga menyebut, pada 31 Januari 2018, Lippo menyatakan bahwa PT Mahkota Sentosa Utama, yang merupakan anak usaha LPCK yang membawahi Meikarta menerima uang muka penjualan saham sebesar Rp 2,5 triliun dari investor eksternal, yang merupakan bagian dari total penjualan proyek sebesar Rp 4 triliun.