Emiten Logam & Emas Berseri, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham logam dan emas melaju kencang pada awal tahun ini. Sentimen dari pasar komoditas global dan strategi ekspansi yang gencar dijalankan perusahaan telah memoles prospek emiten tambang mineral tersebut.

Tengok saja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Timah Tbk (TINS), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang harga sahamnya melesat sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).

Pada perdagangan Selasa (17/1) ini, saham ANTM, TINS, dan MDKA masih melejit dengan kenaikan harian masing-masing sebesar 4,13%, 5,28%, dan 5,22%. Sejumlah emiten pun telah menyiapkan strategi bisnis untuk dapat mengerek kinerja keuangan pada tahun ini.

Misalnya saja emiten mineral Grup Bakrie, BRMS, yang optimistis bisa membukukan hasil cemerlang pada 2023. Direktur & Chief Investor Relations BRMS Herwin Hidayat menyoroti, di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi, emas kembali menjadi pilihan yang menarik untuk investment safe haven.

Baca Juga: IHSG Naik ke 6.767 Hari Ini (17/1), Ada Net Buy Asing Rp 229 Miliar di Pasar Reguler

Apalagi, bank central di sejumlah negara mulai membeli emas demi memperkuat mata uang negara mereka. "Dengan meningkatnya permintaan akan produk emas, maka harga emas ke depannya diprediksi akan meningkat," kata Herwin saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (17/1).

BRMS siap menangkap momentum seiring dengan melonjaknya kapasitas produksi. Herwin memberikan gambaran, pada tahun lalu BRMS baru mengoperasikan satu pabrik emas dengan kapasitas 500 ton bijih per hari atau pada level tahunan 4.500-5.000 oz emas. 

Mulai akhir November 2022, BRMS mulai mengoperasikan pabrik emas kedua dengan kapasitas 4.000 ton bijih per hari. Kapasitas operasional bakal meningkat setiap kuartal, sehingga pada tahun ini BRMS membidik produksi di atas 25.000 oz emas.

"Saat ini kami juga sedang menyelesaikan pembangunan pabrik emas ketiga di Palu dan yang keempat di Gorontalo. Di luar emas, masih ada prospek tembaga yang sangat signifikan di tambang kami di Gorontalo," imbuh Herwin. 

Baca Juga: Langkah Antisipasi, BI Diperkirakan Kerek Suku Bunga Acuan 25 bps pada Awal 2023

Emiten tambang mineral plat merah, ANTM tak kalah gesit. ANTM merambah ekspansi ke segmen hilirisasi. Dalam rilis yang disiarkan kemarin (16/1), ANTM telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat atau Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan dan Hong Kong CBL Limited (HKCBL).

Penandatanganan CSPA ini merupakan langkah awal dari realisasi proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV battery) di Indonesia. Berbarengan dengan ekspansi ini, ANTM juga fokus menggarap masing-masing komoditas andalannya.

Corporate Secretary Aneka Tambang, Syarif Faisal Alkadrie, mengungkapkan ANTM menargetkan pertumbuhan kinerja produksi dan penjualan produk komoditas nikel, emas serta bauksit. Khusus untuk produk emas, ANTM akan fokus memperkuat cakupan pelanggan di dalam negeri.

"Sejalan dengan penguatan kebutuhan emas domestik terutama sebagai salah satu pilihan investasi lindung nilai. Dilihat dari pertumbuhan animo penyerapan emas tahun 2022, Antam optimis untuk meningkatkan skala penjualan di tahun ini," ujar Syarif.

Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat, Begini Prediksi Analis Untuk Rabu (18/1)

Rekomendasi Saham

Di samping strategi ekspansi emiten, analis menilai katalis eksternal menjadi faktor dominan yang mengangkat saham emiten logam dan emas di awal tahun ini. Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Rizky Khaerunnisa melihat kekhawatiran investor akan terjadinya resesi terutama pada negara maju turut menjadi faktor penentu. 

"Hal tersebut membuat investor beralih ke safe haven yang membuat harga emas kembali naik serta membuat saham-saham emiten tambang emas melonjak," kata Rizky.

Sedangkan untuk emiten tambang logam, sentimen pelarangan ekspor pada sejumlah komoditas mineral yang akan diterapkan pada tahun ini menjadi pemicu. Larangan tersebut berpotensi mengurangi persediaan mineral sehingga mengerek harga komoditasnya.

Saran Rizky, hold saham MDKA dan ANTM. Sejalan dengan itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, punya pandangan yang sama.

Baca Juga: Sejumlah Sentimen Positif Ini Bakal Kerek Kinerja Emiten Poultry di 2023

Jika diringkas, pemicu lonjakan harga emas dan logam global adalah kekhawatiran resesi, pembukaan kembali ekonomi China yang akan menambah permintaan, serta melemahnya dolar Amerika Serikat.

Roger memprediksi, saham emiten logam dan emas berpeluang melanjutkan rally, setidaknya hingga kuartal kedua 2023. Roger juga menjagokan saham ANTM dan MDKA sebagai pilihan investasi.

Equity Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Desy Israhyanti menambahkan, selain faktor supply-demand dan harga komoditas global, investor perlu mencermati prospek bisnis yang bisa menjadi katalis positif bagi emiten. Misalnya saja dalam pengembangan ekosistem EV.

Oleh sebab itu, Desy menjagokan saham ANTM dan INCO. Menurutnya, kedua saham itu cocok untuk pilihan investasi jangka panjang. Target harga ANTM ada di Rp 2.700 dan INCO ada di Rp 8.000.

Baca Juga: Saham-Saham Ini Bisa Diamati Jelang Pemilu 2024

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo punya empat saham pilihan. Rekomendasi Wisnu, hold saham MDKA, ANTM dan INCO dengan target harga masing-masing pada level Rp 5.500, Rp 2.700, dan Rp 8.900. Selanjutnya, trading buy saham TINS mencermati target harga Rp 1.500.

Sementara itu, Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana punya pandangan berbeda. Dia menyoroti, saham emiten emas sedang berada di area resistance penting. "Perlu menunggu konfirmasi, apakah akan breakout atau malah terjadi rejection," kata Raditya.

Catatan dia, faktor pendongkrak harga saham emiten emas adalah lonjakan signifikan pada harga emas (XAUUSD). Tapi, Raditya memprediksi XAUUSD akan mengalami koreksi terlebih dulu, sehingga mayoritas saham emiten emas akan ikut merosot.

Dus, Raditya menyarankan sell on strength terlebih dulu atau merealisasikan cuan sebagian. Langkah profit taking itu bisa dilakukan pada saham MDKA dan ANTM. Setelah itu, investor bisa kembali koleksi dengan strategi buy on weakness.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati