Emiten media terciprat berkah Ramadan



JAKARTA. Berkah Ramadan tak hanya dinikmati oleh emiten konsumer saja. Emiten media juga kecipratan berkah bulan suci umat Islam ini. Meningkatnya konsumsi masyarakat membuat permintaan iklan semakin banyak.

Analis OSO Sekuritas Riska Afriani berpendapat, daya tarik emiten media terletak pada berbagai program seperti sinetron baru -khususnya bernuansa Ramadan- yang bermunculan di bulan puasa. Strategi itu berhasil mendongkak kinerja emiten media. Hal ini terlihat dari data historikal pendapatan emiten media yang mengalami peningkatan di bulan Ramadan.

Hal tersebut dikarenakan momen puasa ini dimanfaatkan oleh emiten pertelevisian untuk menambah jumlah prime time. Jika di bulan di luar Ramadan prime time hanya sekali, di bulan suci ini, jumlahnya bisa dua sampai tiga kali. "Kemudian saat sahur tentu akan ada tayangan-tayangan baru, baik dalam bentuk kuis atau sinetron religi," ujar Riska kepada KONTAN akhir pekan lalu.


Selain itu, di bulan Ramadan, orang cenderung akan pulang lebih cepat dibanding bulan biasa. Mereka lebih banyak menikmati waktu di rumah yang biasanya diisi dengan menonton TV, sehingga ini bisa menjadi momentum positif emiten media dalam meningkatkan market share-nya.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menambahkan, pertumbuhan pendapatan industri media sebagian besar ditopang oleh pendapatan iklan. Maka dari itu banyak tayangan-tanyangan baru yang bernuansa Ramadan untuk menggaet pemirsa.

Apalagi di bulan puasa ini selain karena konsumsi masyarakat tinggi, juga karena situasi ekonomi dan politik dalam negeri yang cenderung stabil pada setiap bulan suci Ramadhan. Tentu saja kondisi itu memberikan efek positif terhadap peningkatan daya beli masyarakat.

Untuk itu, Nafan memprediksi, pendapatan emiten media seperti PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Surya Citra Televisi Tbk (SCMA) dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) bakal meningkat di tahun ini. Dia memproyeksi, peningkatan pendapatan MNCN sebesar 10% menjadi Rp 7,4 triliun dibanding tahun lalu Rp 6,7 triliun.

Untuk SCMA diproyeksikan meningkat 11% menjadi Rp 5,04 triliun dari Rp 4,52 triliun dan VIVA diproyeksikan meningkat 14% menjadi Rp 3,1 triliun dari Rp 2,7 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie