KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemegang saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) menyetujui rencana perusahaan untuk menerbitkan surat utang (notes) dalam mata uang asing maksimal US$ 900 juta. Persetujuan itu diperoleh dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (30/9). Surat utang tersebut memiliki jangka waktu 10 tahun dengan bunga tetap maksimal 6% per tahun yang dibayarkan tiap enam bulan sekali. Berdasarkan pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk Helmy Yusman Santoso mengatakan, notes ini akan dirilis dalam beberapa kali penerbitan dan digunakan untuk refinancing pinjaman dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Sebelumnya, pada 16 September 2021, anak-anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR), yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan PT Iforte Solusi Infotek (Iforte) juga menyepakati perjanjian fasilitas kredit dengan tujuh bank. Secara total, nilai fasilitas pinjaman baru yang saling terpisah ini mencapai Rp 14 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Senin (20/9), perolehan pinjaman-pinjaman tersebut akan digunakan Protelindo untuk membiayai kebutuhan umum perusahaan, termasuk untuk membiayai potensi akuisisi Protelindo.
Baca Juga: TBIG bakal rilis notes US$ 900 juta, begini rekomendasi dari analis Merespons hal ini, Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan menilai positif fasilitas kredit yang diperoleh TOWR maupun rencana penerbitan notes TBIG. Menurut dia, penggunaan dana pinjaman yang akan digunakan Protelindo untuk akuisisi bakal semakin mengembangkan usaha TOWR yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan pendapatan. Arus kas operasional TOWR yang besar dan neraca keuangan yang solid juga memberikan kemampuan bagi TOWR untuk melunasi utang-utang dari fasilitas kredit yang ditarik. Steven juga berpendapat, dana hasil penerbitan notes yang akan digunakan untuk refinancing utang akan berdampak baik bagi kondisi keuangan TBIG. Pasalnya, perusahaan memperoleh bunga yang lebih murah pada penerbitan notes US$ 900 juta ini sehingga akan mengurangi beban keuangan TBIG.
"Jadi, TBIG menerbitkan utang baru untuk melunasi utang lama yang mana beban bunganya lebih tinggi," kata Steven saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/9). Steven juga yakin atas kemampuan TBIG dalam membayar utang tersebut, sebab perusahaan ini sudah dua kali terbukti dapat menebus surat utang lebih awal. Pertama, notes senilai US$ 300 juta yang telah dilunasi lebih awal pada Maret 2017. Kedua, notes sebesar US$ 350 juta yang telah ditebus lebih awal pada Februari 2021. "Kedua emiten ini juga memiliki prospek pendapatan yang bisa diprediksi dan pasti stabil karena berdasarkan kontrak jangka panjang sepuluh tahun," ucap Steven. Terlebih lagi, tingkat utang TBIG dan TOWR juga masih berada di wilayah aman yang terlihat dari rasio net debt terhadap EBITDA yang masih di bawah batas maksimal perjanjian dengan para kreditur. Terkait dengan sahamnya, Steven pun masih melihat potensi kenaikan harga pada kedua saham ini. Meskipun begitu, ia lebih mengunggulkan TOWR karena memiliki Return On Equity (ROE) yang lebih tinggi dibanding TBIG.
Berdasarkan data RTI, ROE TOWR per Juni 2021 adalah sebesar 31,94%, sedangkan ROE TBIG 15,10%. Steven merekomendasikan buy TOWR dengan target harga Rp 1.575 per saham untuk jangka panjang, yakni 12 bulan ke depan. Steven juga mengubah rekomendasi untuk TBIG dari hold menjadi
buy dan menaikkan target harganya dari Rp 3.120 menjadi Rp 3.300 per saham. Hal ini sejalan dengan adanya penguatan margin EBITDA dan ROE TBIG pada semester I 2021. Pada perdagangan Kamis (30/9), harga TOWR stagnan di level Rp 1.325 per saham, sedangkan TBIG minus 1% menjadi Rp 2.960 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi